REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Era nuklir tidak hanya berdampak pada terjadinya kelainan genetika. Lebih dari itu, era nuklir diduga sebagai biang keladi penurunan jumlah kelahiran bayi perempuan di seluruh dunia. Demikian hasil studi terbaru yang dipublikasikan peneliti dari Helmholtz Zentrum, München, Jerman.
Hasil riset menyebutkan radiasi nuklir dari kebocoran pembangkit listrik dan pelaksanaan uji coba bom nuklir telah mengakibatkan jutaan lahir bayi perempuan lebih sedikit di seluruh dunia. Para ilmuwan mencatat jenis ledakan atmosfer memiliki efek signifikan ketimbang insiden Chernobly, Ukraina.
Kondisi itu disebabkan arus udara menangkap atom-atom yang terlontar dari hasil ledakan. Tangkapan atom-atom oleh udara selanjutnya menyebar ke seluruh dunia. "Negara paling dekat dengan Chernobyl menerima efek radiasi paling kuat," papar Scherb Hagen, seorang biostatistician, Pusat Riset Kesehatan Lingkungan Jerman di
Munich.
Sebagai gambaran, kata Hagen, lebih banyak kelahiran bayi laki-laki ketimbang perempuan yang terjadi di Belarus, tetangga dekat Ukraina. Sementara di Perancis, sebaliknya, angka
kelahiran perempuan cenderung lebih banyak ketimbang laki-laki.
Berangkat dari fakta itu, Hagen memprediksikan efek dari reaktor nuklir Daiichi, Jepang akan menurunkan jumlah kelahiran bayi perempuan di pantai barat AS. "Mungkin itu terbatas hanya Jepang, tapi jika tercampur dalam air dan udara, mungkin kita bisa melihat efek yang sama, terutama di Pantai Barat Amerika," kata dia.
Hangen menjelaskan, dari hasil pengujian menunjukkan radiasi menyebabkan kerusakan pada kromosom X dalam sperma. Sebuah sel sperma manusia mengandung baik kromosom X atau Y, sedangkan telur hanya memiliki kromosom Y. Kombinasi XY akan menjadi anak laki-laki, sedangkan kombinasi XX akan menjadi anak perempuan.
Sebagai informasi, dalam kondisi normal tanpa radiasi, jumlah bayi laki-laki dan perempuan mencapai 105-100. Namun, efek dari radiasi menyebabkan penurunan kelahiran perempuan hingga 1 persen. Kasus yang terjadi pada tahun 1964-1975, angka kelahiran bayi laki-laki cenderung tinggi. Hal serupa terjadi pada tahun 1986,
tepat saat reaktor Chernobyl meledak.