Senin 06 Jun 2011 20:31 WIB

Pakar: Kelelawar Alat Pengontrol Biologis Penyakit Malaria

Kelelawar
Kelelawar

REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR--Kelelawar merupakan satu ordo mamalia yang merupakan alat pengontrol biologis penyakit malaria dan arthropods penyebar penyakit ternak, kata seorang pakar.

"Satu ekor kelelawar dapat memangsa lebih dari 500 ekor serangga pada satu malam, jadi dapat dibayangkan suatu koloni kelelawar yang terdiri dari 10.000 ekor," kata pakar Kelelawar dari Pusat Penelitian Biologi LIPI Prof Ris Dr Ibnu Maryanto, di Bogor, Senin (6/6).

Ibnu mengatakan, hilangnya populasi kelelawar dapat mengancam timbulnya wabah malaria. Mengingat keberadaan kelelawar sangat penting bagi keseimbangan ekosistem dan bermanfaat banyak bagi kehidupan manusia. Kondisi saat ini jumlah populasi kelelawar Indonesia semakin berkurang akibat rusaknya habitat kelelawar.

Di Indonesia terdapat 225 jenis kelelawar yang terdiri dari 77 jenis pemakan buah dan berperan dalam penyerbukan, sisanya 148 jenis pemakan serangga yang secara tidak langsung membantu manusia dalam memberantas hama dan penyakit.

Terus bertambanya jumlah penduduk Indonesia mengakibatkan meningkatnya tekanan terhadap sumber daya alam. "Luas hutan yang terus berkurang menyebabkan populasi kelelawar dari kelompok Megachiroptera juga ikut menurun," kata Ibnu.

Kehancuran habitat kawasan karst dan batu gamping yang merupakan habitat kelelawar telah mengancam kepunahan makhluk malam tersebut. "Kawasan Karst menjadi habitat utama kelelawar. Eksploitasi batu kapur guna keperluan industri yang menghancurkan goa-goa hampir di semua kars di Indonesia menyebabkan punahnya jenis-jenis kelelawar," kata Ibnu.

Selain itu, konversi hutan menjadi daerah perkebunan maupun pertanian juga menjadi penyebab menurunnya populasi kelelawar di alam, karena hilangnya sumber pakan dan tempat bertengger.

"Mempertahankan habitat sangat penting bagi terjaganya populasi binatang. Gangguan terhadap ekosistem goa akan menyebabkan keseimbangan proses ekologis terganggu sehingga berdampak pada manusia," katanya.

Untuk penangananya, kata Ibnu, pemerintah harus bertindak dengan melakukan upaya pencegahan diantaranya penambangan batu kapur untuk keperluan industri harus dilakukan dengan mempertimbangkan dampak terhadap biota goa.

Karena dampak punahnya fauna goa dapat mempengaruhi daerah yang lebih luas di luar goa. Seperti naiknya populasi serangga hama, menurunnya produksi buah-buahan komersial yang merupakan jasa kelelawar dan secara tidak langsung merupakan jasa goa batu kapur yang menjadi habitat kelelawar.

"Usaha melakukan konservasi terhadap jenis-jenis kelelawar sangat penting, dan harus dilakukan secara bersungguh-sungguh, mengingat peran kelelawar sangat bernilai bagi proses-proses ekologis yang bermanfaat bagi manusia," kata Ibnu.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement