REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Google sudah menjadi "alat politik" untuk menjelekkan pemerintah China, demikian laporan sebuah surat kabar resmi China seperti dikutip Reuters, Senin (6/6).
Koran ini juga memperingatkan bahwa pernyataan raksasa internet Amerika Serikat mengenai serangan peretasan yang ditudingkan kepada China bisa merugikan bisnis perusahaan itu.
Peringatan keras itu terbit di edisi luar negeri Harian Rakyat, surat kabar terdepan Partai Komunis yang berkuasa di China. Peringatan itu mengindikasikan bahwa ketegangan politik antara Amerika Serikat dan China atas keamanan internet bisa berkepanjangan.
Minggu lalu, Google mengatakan mereka berhasil menggagalkan usaha pencurian kata sandi milik ratusan pemilik akun email Google, termasuk pejabat pemerintah AS, pembela hak asasi manusia dan para jurnalis. Mereka mengatakan tampaknya serangan itu datang dari China.
Kementerian Luar Negeri China menolak tuduhan itu, sementara surat kabar Partai Komunis itu memperingatkan Google tengah memainkan permainan politik berbahaya.
Dengan mengatakan bahwa para aktivis HAM juga menjadi target peretasan, Google "sengaja menjadi kaki tangan untuk menciptakan persepsi negatif Barat terhadap China, dan benar-benar mengisyaratkan bahwa serangan peretas merupakan kerja pemerintah China," demikian ulasan halaman pertama Harian Rakyat dalam edisi luar negerinya.
"Tuduhan Google kepada China itu palsu, memiliki motif-motif tersembunyi, dan bermaksud memfitnah," demikian ulasan yang ditulis seorang editor surat kabar itu.
"Google tidak harus menjadi terlalu jauh terlibat dalam pertarungan politik internasional dengan berperan sebagai alat politik," tambah surat kabar itu.
"Pada saat angin internasional berganti arah, Google bisa menjadi korban politik dan akan ditolak oleh pasar," kata surat kabar itu, tanpa menjelaskan bagaimana bisnis Google akan rugi.
Perselisihan terakhir dengan Google bisa membawa kebijakan internet kembali menjadi fokus hubungan AS-China, sekaligus mengulangi ketegangan tahun lalu saat pemerintahan Obama menanggapi keluhan Google mengenai peretas dan sensor dari China.
Google sebagian menarik diri dari China setelah perselisihan itu. Sejak itu, mereka kehilangan lebih banyak sahamnya dari pesaing mereka Baidu Inc di pasar China, yang merupakan terbesar di dunia dalam jumlah pengguna dengan lebih dari 350 juta pengguna.
Minggu lalu Google mengatakan bahwa serangan tampaknya datang dari Jinan, ibukota provinsi Shandong di timur China dan rumah bagi dinas intelejen Tentara Pembebasan Rakyat (angkatan bersenjata China).
Menteri Pertahanan AS Robert Gates sepanjang akhir pekan lalu memperingatkan bahwa Washington disiapkan untuk menggunakan kekuatan melawan serangan cyber yang dianggap sebagai aksi perang.
Pada Februari, situs-situs China di luar negeri yang terinspirasi oleh demonstrasi anti-otoriter di dunia Arab, telah menyerukan demonstrasi di seluruh China. Seruan ini mendorong China meningkatkan sensor internet.
Dan China sudah memblokir situs jejaring sosial utama seperti Facebook dan Twitter