REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Cloud Computing akan menjadi sebuah kebutuhan organisasi bisnis, pemerintah maupun nirlaba di Indonesia. Diperkirakan dalam waktu 12 hingga 18 bulan ke depan, Cloud akan mencatat pertumbuhan penting di Indonesia.
Suatu studi Springboard Research mengungkap 50 persen dari organisasi di Indonesia yang ada saat ini, telah menggunakan atau dalam tahap perencanaan untuk inisiatif Cloud. Di antara perusahaan-perusahaan skala besar di Indonesia, animo untuk beralih kepada Cloud saat ini meningkat hingga 68%.
Springboard Research melakukan studi terhadap 114 perusahaan di Indonesia dan secara regional terhadap 833 orang CIO serta pemimpin bisnis di 8 pasar utama Asia Pasifik (APAC), pada bulan Desember 2010 sampai Maret 2011 lalu.
"Sebanyak 46 persen pengguna dan perencana cloud di Indonesia memandang komputasi ini sebagai prioritas utama dan telah menyiapkan dana yang signifikan bagi adopsinya," kata Michael Barnes, kepala analis Springboard Research. Ia menyebut persentase itu salah satu angka yang paling tinggi di Asia Pacific.
Barnes juga menambahkan bahwa secara unik hanya responden Indonesia yang menyebutkan resesi ekonomi global sebagai pencetus motivasi dalam mengadopsi cloud - dengan skor 3,5 dari skala skor 5. "Penelitian ini juga membuktikan bahwa 88 persen dari jumlah total responden Indonesia yang menggunakan aplikasi-aplikasi untuk mencapai produktifitas, secara pribadi memanfaatkan peranti lunak atau solusi milik Microsoft; yaitu Microsoft Office Web Apps pada Windows Live. Ini menunjukkan bahwa hingga saat ini Microsoft tetap menjadi pemimpin pasar di Indonesia," kata Barnes.
Lebih lanjut studi ini menjelaskan bahwa 85 persen organisasi bisnis di Indonesia berkeinginan untuk mengembangkan sistem Teknologi Informasinya melalui private cloud (41 persen) atau hybrid cloud (44 persen). Fakta ini juga merupakan yang tertinggi, dibandingkan respon terhadap private dan hybrid cloud secara regional yang hanya mencapai 73 persen.
Survei yang dilakukan di pasar utama Asia Pasifik (APAC) termasuk Singapura, Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina, Korea Selatan, Australia dan New Zealand ini memang menggambarkan bahwa secara umum di tingkat regional, iklim usaha cukup berhati-hati dalam mengelola risiko dari pemanfaatan cloud. Proyek-proyek cloud computing di kawasan APAC saat ini menempatkan beban kerja yang tidak sensitif seperti email, instant messaging dan sistem komunikasi terpadu di public cloud, dengan tetap menempatkan beban kerja bisnis yang penting dan sensitif di private cloud.
Reaksi yang berbeda ditunjukkan oleh para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di kawasan ini. Temuan Springboard menyatakan bahwa meski jumlah dan kontribusi UKM besar, hingga kini masih banyak UKM di kawasan APAC yang belum memanfaatkan TI dan menganggap TI hanya dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan besar.