Oleh: Muhammad Nur
Gempa dan Tsunami di Sendai Jepang bertambah manakutkan dengan meledaknya PLTN di Fukushima Unit-1. Kecelakaan di Fukushima ini oleh otoritas Nuklir Jepang digolongkan dalam katagori tingkat 4 dari 7 tingkat pada penggolongan kecelakaan PLTN menurut International Nuclear and Radiological Event Scale (INES).
Dalam sejarah. kecelakaan PLTN Chernobyl 1986 menempati tingkat tertinggi, yakni rusak totalnya PLTN tersebut dan reaktornya hancur total dan meleleh karena terbakar. Dibawah Chernobyl, kecelakaan tingkat 6, pernah terjadi di Rusia tetapi tidak diberitakan secara meluas, yakni PLTN Kyshtym pada 1957. Saat itu zat radioaktif terlepas ke lingkungan dari PLTN.
Pada tingkat 5 ditempati oleh PLTN Three Mile Island, USA, pada 1979. Jepang juga pernah mengalami kecelakaan PLTN tingkat 4 seperti Fikushima sekarang ini, yakni PLTN Tokaimura pada tahun 1999.
Kecelakaan seperti apa yang terjadi di Fukushima Unit I?
Pada pukul 21.10 waktu Central Eropean Time, tanggal 12 Maret di Eropa atau pukul 04.10 pagi tanggal 13 Maret 2011 waktu Jepang, pemerintah Jepang telah memberitahu IAEA bahwa telah terjadi ledakan pada PLTN Unit 1 Fukushima Daiichi. Ledakan terjadi di luar Primary Containment Vessel (PCV), penyebutan teknis terhadap reaktor utama (sering juga disebut area radioaktif).
Dalam bangunan reaktor inilah biasanya ditempatkan bagian-bagian yang berhubungan dengan radioaktif seperti vessel (penempatan selongsong uranium). Panas reaksi nuklir dalam selongsong uranium digunakan untuk pembangkitan uap (steam generator) juga terjadi dalam PCV tersebut.
Jadi, ledakan terjadi di luar daerah yang paling beresiko dari PLTN. Seperti yang dilaporkan oleh pemerintah Jepang ke IAEA bahwa ledakan bukan berasal dari reaktor nuklir, melainkan pada salah satu sistem pendingin yang tengah diperbaiki. Hal yang sama juga diungkapkan Sekretaris Kabinet Yukio Edano, seperti dikutip CNN.com.
Evakuasi secara besar-besaran
Mengapa dilakukan evakuasi secara besar-besaran dan sampai pada jarak 20 km dari PLTN? Pemerintah Jepang sedang melakukan yang terbaik pada standar keselamatan PLTN. Mereka mengasumsikan bahwa hal terburuk telah terjadi ketika mereka melakukan pendinginan terhadap teras reaktor. Mereka memperkirakan ada dari teras reaktor yang mengalami kehancuran (meltdown).
Jika hal tersebut yang terjadi, maka PLTN tersebut berpotensi melepaskan bahan radioakatif secara luas. Jadi, Jepang telah memperkirakan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang telah dan akan terjadi. Perkiraan terburuk itu memang beralasan. Sebelum ledakan terjadi pada hari Sabtu, para pejabat mengatakan bahwa mereka telah mendeteksi of caesium-137 dan iodium-131. Dua unsur ini merupakan bahan radioaktif yang dihasilkan ketika bahan bakar uranium membelah. Ini suatu indikasi bahwa beberapa selongsong uranium dalam teras reaktor telah rusak. Jika selongsong itu tidak rusak, tidak akan terdapat caesium radioaktif terdeteksi di luar reaktor.
Seberapa banyak selongsong teras reaktor tersebut telah rusak? Untuk mendapatkan kepastian sangatlah sulit karena teras reaktor tersebut hanya dapat diteliti ketika reaktor betul-betul secara terencana diistirahatkan untuk penggantian bahan bakar. Jadi, dalam keadaan darurat seperti sekarang yang bisa dilakukan hanyalah prediksi.
Kebiasaan yang sudah terbangun.
Jepang memang sudah terbiasa dengan gempa dan terbiasa pula berdampingan dengan PLTN. Namun, gempa dahsyat dan diikuti dengan tsunami membuat seluruh penduduk dunia tetap bertanya seberapa besar korban yang telah gugur. Belum sempat tenang melihat bekas-kekas tsunami, kekhawatiran tentang kontaminasi radioaktif dari beberapa PLTN juga muncul.
Dalam keadaan gempa dan tsunami, PLTN berhenti secara otomatis. PLTN generasi baru memang dirancang demikian, terhenti secara otomatis jika terjadi perubahan derastis.
Namun muncul masalah baru, walaupun PLTN sudah terhenti, pendinginan reaktor memerlukan waktu yang tidak singkat dan tetap memerlukan pasokan air pendingin. Apa daya pompa air pendingin juga terhenti karena ketiadaan pasokan listrik.
Sikap pejuang samurai mungkin masih melekat pada diri para pemimpin Jepang. Mereka memperkirakan hal yang paling buruk yang dapat terjadi dan melakukan persiapan untuk mengadapinya. Kita pun berharap, agar kecelakaan di Fukushima ini tetaplah kiranya dalam katagori tingkat 4, suatu kecelakaan hanya berdampak lokal (accident with local consequences).
Muhammad Nur adalah dosen pada jurusan fisika Undip