REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Wakil Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Prof Dr Endang Sukara menyatakan tidak semua penelitian harus diungkap kepada publik, karena ada penelitian yang hasilnya merupakan rahasia negara dan ada hanya diberikan kepada otoritas tertentu.
"Tidak semua hasil penelitian harus diungkap ke publik. Karena hasil penelitian jangan sampai meresahkan publik," kata Endang Sukara menanggapi polemik perlunya mengungkap lima merk susu formula yang tercemar bakteri Enterobacter Sakazakii di Jakarta, Sabtu.
Namun ia menyarankan kepada peneliti pencemaran susu formula tersebut untuk menyerahkan saja hasil penelitiannya kepada lembaga yang memiliki otoritas seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan membiarkan badan tersebut yang memutuskan tindakan apa yang harus dilakukan.
Menurut dia pihaknya (LIPI-red) tak punya kewenangan untuk memaksa atau sebaliknya menyampaikan keberatan atas keharusan peneliti mengumumkan sampel penelitiannya, karena riset tersebut bukan hasil penelitian dari peneliti LIPI.
"Yang jelas hasil-hasil riset ilmuwan sebenarnya hanya ditujukan untuk mencari kebenaran ilmiah dan memberi sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan dan masyarakat, bukan untuk niat apapun," katanya sambil mengatakan bahwa LIPI sendiri juga memiliki laboratorium yang mampu mendukung penelitian semacam itu.
Peneliti, tegas dia, memiliki integritas bahwa hasil penelitiannya harus bisa dipertanggungjawabkan. Namun setiap peneliti memiliki kebijakan sebelum memulai penelitiannya apakah untuk diungkapkan atau tidak, termasuk sampelnya.
"Yang penting adalah manfaat dari hasil penelitiannya. Kadang-kadang kalau hasil penelitiannya hanya akan membuat 'chaos' lebih baik tidak langsung diungkap ke publik, tapi cukup kepada otoritas yang berwenang," katanya.
Menurut dia, kasus ini bisa lebih menyadarkan pemerintah dan masyarakat akan pentingnya penelitian bagi pembentukan kebijakan publik, berhubung selama ini riset-riset yang dilakukan peneliti Indonesia sering diabaikan dan kurang dihargai.
Sebelumnya diberitakan, dosen Institut Pertanian Bogor, Dr Sri Estuningsih, mengaku bahwa tidak mengira penelitiannya terkait bakteri E Sakazakii dalam susu formula ternyata menjadi polemik.
Sebagai bentuk pertanggungjawaban moral kepada masyarakat, ia juga sudah menyampaikan hasil temuannya itu selain kepada jurnal penelitian, juga kepada perusahaan terkait agar produsen susu tersebut melakukan perbaikan produknya.