REPUBLIKA.CO.ID,SEOUL--Hampir 30 robot akan mulai mengajar bahasa Inggris kepada anak di kota Korea Selatan (Korsel), kata pejabat kementerian pendidikan pada Selasa, mengenai proyek percobaan yang dirancang untuk pendidikan dalam industri robot yang sedang dikembangkan. Engkey, robot putih berbentuk oval telur yang dikembangkan oleh Institut Ilmu Pengetahuan Teknologi Korsel (KIST), mulai mengajar pada Senin di 21 sekolah SD di kota Daegu, wilayah tenggara Korsel.
Robot berjumlah 29, dengan tinggi sekitar satu meter berwajah layar televisi, bergerak dalam kelas menggunakan roda sebagai kaki saat berbicara kepada siswa, membaca buku dan menari mengikuti musik dengan menggerakkan kepala dan tangannya. Robot tersebut, ber-"wajah"-kan perempuan berkulit putih, dikendalikan jarak jauh oleh guru bahasa Inggris di Filipina -- yang dapat melihat dan mendengar para siswa melalui sistem kendali jarak jauh.
Kamera mendeteksi ekspresi wajah guru di Filipina dan dalam sekejap tampak pada "wajah" robot, kata ilmuwan senior KIST Sagong Seong-Dae. "Guru dari Filipina yang terdidik dan berpengalaman lebih murah dibanding guru setimpal dimana pun, termasuk di Korsel," katanya kepada AFP.
Selain membacakan buku robot tersebut menggunakan piranti lunak yang sudah terprogram supaya dapat bernyanyi dan melakukan permainan alfabet dengan anak-anak. "Anak-anak tampak menyukainya sejak robot terlihat, ya, lucu dan menarik. Tetapi beberapa orang dewasa juga menyatakan ketertarikan, mengakui tidak terlalu gugup berbicara dengan robot dibanding dengan orang asli," kata pejabat kantor pendidikan kota Daegu Kim Mi-Young.
Kim mengatakan kemungkinan beberapa unit akan dikirim ke wilayah terpencil Korsel yang dihindari oleh guru bahasa Inggris. Ia mengatakan, robot tersebut masih dalam tahap percobaan. Tetapi para pejabat kemungkinan akan menyewa mereka secara purna waktu (full time) bila peneliti dapat meningkatkan mutu dan membuatnya lebih mudah dikendalikan serta lebih terjangkau.
"Memiliki robot dalam ruang kelas membuat para murid lebih aktif berpartisipasi, terutama murid malu yang takut berbicara ke guru manusia," kata Kim. Ia menekankan percobaan tersebut bukan untuk menggantikan guru manusia dengan robot. "Kami membantu industri kunci dan strategis, dan seluruhnya bersamaan dengan memberikan perhatian kepada anak-anak mengenai apa yang mereka pelajari," tuturnya.
Program percobaan empat bulan itu disponsori oleh pemerintah, yang telah menggelontorkan investasi sebesar 1,58 miliar won (Rp.12,34 miliar). Para ilmuwan telah melakukan program percobaan di sejumlah sekolah sejak 2009 untuk mengembangkan robot yang mengajarkan bahasa Inggris, matematika, ilmu pengatahuan alam dan mata pelajaran lain dalam berbagai tingkat kelas seharga lima hingga delapan juta won.
Sagong menekankan bahwa robot tersebut, saat ini masing-masing seharga 10 juta won, sebagian besar hanya membantu guru manusia tetapi pada akhirnya akan memiliki peran lebih besar. Mesin tersebut dapat menjadi alat yang efesien untuk mengasah kemampuan berbahasa untuk banyak orang yang merasa gugup bila berbicara dengan orang asing asli, katanya.
"Ditambah, mereka tidak akan mengeluhkan asuransi kesehatan, izin sakit dan uang pesangon, atau meninggalkan dalam tiga bulan untuk pekerjaan yang lebih baik di Jepang... semua yang Anda perlukan hanya perbaikan dan 'upgrade' secara berkala," katanya.