REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kompetisi yang semakin keras di pasar ponsel merek lokal, rupanya tak menyurutkan Cross melakukan ekspansi pasar. Menerapkan strategi 'desa mengepung kota' pemain baru ini tengah membidik pasar Jabotabek.
''Di wilayah Timur kami mendapat apresisasi positif,'' kata Direktur Marketing PT Aries Indo Global, Teddy Tjan. Mengutip data yang dirilis International Data Consumer (IDC), Cross menguasai pangsa pasar 35 persen di Jawa Timur dan 30 persen di Jawa Tengah. ''Secara nasional, pangsa pasar kami sekitar 20-an persen,'' papar Harry.
Sebagai pemain baru di pasar ponsel, Cross terbilang sukses. Padahal di pasar yang sama, kompetisi sangat ketat. Terdapar sekitar 200 merek ponsel lokal dipasaran. Sebanyak 70 merek diantaranya melakukan kerja sama bundling dengan operator seperti Telkomsel.
Namun diantara 200 merek tadi, yang mampu bertahan lama bisa dihitung dengan jari. Dalam habasa Teddy, satu pemegang merek lokal bisa berganti nama setiap saat. Karena itulah Cross berani mematok target tinggi. Hingga Mei 2011 penjualan ditargetkan mencapai 400 ribu unit per hari, ''Semester berikutnya kami menargetkan angka penjualan 1 juta unit per hari,'' kata Teddy.
Iapun optimistis bisa mencapai target itu. Dari sisi harga, Cross cukup kompetitif. CB 38 AT yang disebutnya full fitur, ada akses TV dan modem terintegrasi dilepas dengan harga Rp 400 ribuan. Harga ini disebutnya lebih murah dibandingkan produk sejenis. Kualitas produk, desain dan teknologi Cross disebutnya lebih baik dibandingkan dengan ponsel lokal yang lain.
Sukses Cross disebut Teddy tidak terlepas dari konsep yang dikembangkan. Ia melukiskan ada tiga elemen utama pada ponsel Cross yang belum tentu ditemukan di produk sejenis. '' Produk kami menggunakan standar Eropa dan memiliki sertifiksi European Standar,'' kata Teddy yang juga direktur pemasaran Advance, pabrikan produk komputer.
Dari sisi desain, pihaknya juga mengembangkan konsep berbeda. ''Desain kami elegan, menyesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Cross juga memiliki compact technology. Sehingga dari sisi kualitas bisa dipertanggungjawabkan,'' kata Teddy.
Ihwal desain Cross CB 83 AT yang mirip sekali dengan Nokia C3, Teddy menolak anggapan bahwa pihaknya menjiplak begitu saja desain itu. ''Kebetulan saja sama,'' kilahnya. Untuk desain ponsel pabrikan memang selalu menyesuaikan dengan tren yang tengah diminati pasar. '' Kalau ada kesamaan ya wajar saja, karena kita mengikuti tren yang tengah berkembang di Indonesia,'' ujarnya.
Tak hanya serius menyiapkan produk, Cross menurut Teddy juga didukung oleh jaringan service centre. Teddy mengklaim Cross didukung oleh 45 service centre yang ada di seluruh wilayah Indonesia. Ketika ditanya apakah service centre bisa mengganti komponen dengan biaya murah dibandingkan dengan harga ponselnya, Teddy menyatakan hal ini harus dilihat kasus per kasus. ''Kita lihat dulu ada kerusakannya, kalau yang rusak seperti LCD itu bisa diganti,'' terang Teddy.
Singkatnya, Teddy optimistis akan mampu menguasai pasar ponsel lokal dan menjadi nomor satu. Lantas bagaimana mensikapi manuver pabrikan Eropa atau Korea Selatan yang belakangan gencar merilis produk baru dengan harga murah sehingga terus menekan harga ponsel merek lokal. Teddy optimistis pasar masih terbuka dan ada ruang bagi ponsel merek lokal untuk berkembang. ''Ini soal kecerdasan berpikir dan melihat peluang pasar,'' ujar Teddy.