REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sekalipun penyediaan layanan telekomunikasi di pedesaan melalui program universal service obligation (USO) telekomunikasi sukses, diperkirakan masih ada sekitar 4.000 desa yang belum terjangkau layanan telekomunikasi.
''Desa-desa yang belum terjangkau layanan telekomunikasi adalah desa-desa hasil pemekaran,'' kata Kepala Balai Teknologi dan Informasi Pedesaaan (BTIP), Santosa Sierrad. Di luar desa baru tersebut, terdapat ruatsan desa di daerah perbatasan yang membutuhkan layanan telekomunikasi.
Kemenkominfo bersama instansi terkait terus melakukan pendataan desa baru, termasuk desa-desa di daerah perbatasan yang membutuhkan layanan telekomunikasi. ''Berdasarkan survei yang dilakukan TNI, terdapat 453 desa di daerah perbatasan. Desa di daerah perbatasan ini yang akan mendapatkan prioritas penyediaan sarana telekomunikasi melalui program USO,'' kata Santosa.
Ihwal pengadaan fasilitas, apakah akan melalui mekanisme tender atau penunjukan, Santosa menyatakan bahwa pemenang tender USO mendapat kesempatan pertama. '' Mereka akan kami tawarkan, mau tidak membangun fasilitas telekomunikasi di daerah perbatasan,'' kata Santosa. Bila bersedia, pekerjaan diserahkan kepada pemenang tender USO, apabila tidak akan dilakukan mekanisme lain, misalnya membuka tender baru.
Dalam konteks tender USO, kata Santosa, pihaknya bisa memberikan kontrak tambahan kepada pemenang tender maksimal 10 persen dari kontrak yang dimenangkannya. '' Untuk pembangunan fasilitas telekomunikasi di daerah perbatasan, akan menggunakan mekanisme ini. Sisanya akan digunakan untuk penyediaan fasilitas telekomunikasi di desa-desa pemekaran,'' kata Santosa.
Untuk program USO telekomunikasi, misalnya, BTIP telah memberikan tambahan pekerjaan kepada Telkomsel untuk membangun fasilitas yang sama pada 1.500 titik. ''Sehingga Telkomsel membangun 25.500 titik. Tambahan ini masih dibawah angka 10 persen,'' kata Santosa. Bila angka 10 persen telah tercapai dan masih ada desa yang belum memiliki layanan telepon masih ada, pihaknya akan menempuh cara lain.
Diminta komentarnya mengenai perkembangan pekerjaan yang ditangani PT Icon Plus yang memenangkan tender pembangunan sekitar 6000 titik di Sulawesi Maluku, dan Papua, Santosa menyatakan bahwa icon plus berkomitmen untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal. ''Maret 2011, Icon Plus akan menyelesaikan seluruh pekerjaannya,'' kata Santosa.
Pembangunan infratsruktur telekomunikasi yang dilakukan Icon Plus memang tidak secepat Telkomsel. Ada beberapa kendala yang dihadapi anak perusahaan PT PLN ini. Misalnya soal mitra kerha. '' Sebelumnya Icon Plus bermitra dengan CMI, belakangan berganti mitra dengan Nipress, pergantian ini menjadikan pekerjaan sedikit terhambat,'' kata Santosa.
Ihwal interkoneksi, Santosa menyatakan bukan kendala. ''Ijin penyelenggaraan telekomunikasi Icon Plus sudah keluar. Icon plus juga telah melakukan pembicaraan dengan masing-masing operator. Waktu yang diperlukan agak lama, dari rencana satu bulan, realisasinya lebih dari satu bulan,'' ujar Santosa.