Sabtu 13 Nov 2010 00:08 WIB

Vulkanolog Jepang: Tipe Letusan Merapi Berubah

Gunung Merapi meletus
Foto: Antara
Gunung Merapi meletus

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Ahli vulkanologi dari Universitas Kyoto Jepang Masato Iguchi mengatakan tipe letusan Gunung Merapi mengalami perubahan dibandingan letusan sebelum 2006 karena ditandai dengan adanya pembentukan kubah lava. "Saya hingga kini belum mengetahui penyebab mengapa tipe letusan Gunung Merapi berubah, namun perubahan tipe letusan seperti ini sering terjadi di gunung-gunung api lainnya, salah satunya di gunung di Jepang Miyake Jima," katanya di Yogyakarta, Jumat.

Sebelumnya Direktur Penerangan dan kebudayaan Besar Jepang di Indonesia Masaki Tani mengatakan tiga ahli vulkanologi asal Jepang akan membantu melakukan survei kondisi bencana letusan Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Tiga vulkanolog itu, yakni Kenji Nogami, ahli di bidang  volcanic chemistry; Masato Iguchi, ahli di bidang  physical vulcanology; dan Takayuki Kaneko, ahli di bidang  volcano geology. Selain itu ada ahli di bidang penyakit saluran pernapasan Satoru Ishii.

"Kami akan terus memberikan pendampingan dari sisi keilmuan kepada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral," kata Iguchi.

Gunung Miyake Jima di Jepang, katanya, memiliki tipe erupsi yang sama yaitu meletus setiap 20 tahun sekali ditandai dengan keluarnya aliran lava, namun pada 2000 gunung tersebut meletus dengan membuat kaldera berdiameter satu kilometer dan letusan besar dengan kolom asap setinggi 10 km.

"Perubahan itu disebabkan adanya pergerakan magma dalam volume yang cukup besar namun belum bisa memastikan apakah hal tersebut juga terjadi di Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta ini," kata Iguchi.

Menyinggung pemasangan mikrofon infrasonik di Gunung Merapi, Icuchi mengatakan alat tersebut sangat efektif untuk memantau gunung ini karena terkadang puncak Gunung Merapi diselimuti kabut sehingga tidak terlihat adanya letusan, padahal kenyataannya gunung tersebut meletus. Alat tersebut, kata dia, akan dipasang di luar radius 20 kilometer dari puncak Gunung Merapi sesuai radius aman yang telah ditetapkan PVMBG, salah satunya di dekat Prambanan.

sumber : Ant
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement