REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sebelum Facebook dilahirkan, para pendirinya seperti Mark ZUckerberg, Dustin Moscovitz dan Chris Hughes merupakan bibit entrepeneur sejati. Bibit yang sama juga berada dalam darah macam petinggi lain di luar pendiri seperti Netanael Jacobsson, Jeff Hammerbacher dan Dave Morin. Bibit-bibit itu yang kemudian dinilai Juru Bicara Facebook, Larry Yu sebagai alasan di balik eksodus besar-besaran dalam tubuh facebook. "Kami tidak melihat persaingan sebagai isu yang menonjol saat ini," papar dia seperti dikutip the International Herald Tribune, Rabu (3/11).
Yu memang tidak mengada-ngada. Pasalnya, Netanael Jacobsson yang sebelumnya menjabat Direktur Internasional Facebook mengatakan dirinya tidak betah melihat Facebook yang kian membengkak. Pembengkakan yang ditenggarai dengan bertambahnya karyawan Facebook hingga 1.700 membuat Jacobsson gerah. "Saya merasa Facebook itu terlalu besar dan seperti perusahaan besar lain, dan karena itulah saya memutuskan untuk pergi," kata dia.
Berbeda dengan Jacobsson, Morin punya ambisi lain bahkan sebelum dirinya bergabung dengan facebook. "Adalah impian saya untuk mendirikan perusahaan. Setelah membantu Facebook dalam dua layanan baru seperti konektivitas dan paltform, saya melihat berkembangnya pasar ponsel. Saya pun memutuskan untuk mengambil kesempatan sebelum terlambat," ujarnya. Morin pun bergabung dengan Path untuk mengembangkan sejumlah layanan. Dengan gerak cepat, Morin menarik sejumlah karyawan yang sebelumnya bekerja pada apartemen mewah di San Fransico.
Sebagian almuni yang lain melihat Facebook dibangun dengan persahabatan dan tensi tinggi. Akibatnya, ada semacam kesempatan untuk saling sikut. Hal itu terbukti, ketika Quora, jejaring sosial garapan anyar alumni Facebook memperkenalkan layanan tanya jawab. Layanan itu segera diikuti Facebook sebulan kemudian dengan layanan serupa. Facebook memang berusaha meminimalisasi konflik dengan menyiapkan kesepakatan dengan karyawan yang meninggalkan Facebook untuk tidak menarik koleganya dari perusahaan.