REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika, Basuki Yusuf Iskandar, mengatakan masyarakat cenderung berlebihan alias 'over' dalam menyikapi pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
"Sebenarnya ada banyak sisi positif yang bisa membuat masyarakat semakin produktif dalam memanfaatkan perkembangan TIK. Namun, sayangnya masyarakat kita cenderung bersikap 'hype' (berlebihan) dalam menghadapi pesatnya perkembangan TIK itu," katanya, Selasa (2/11).
Ia mengemukakan itu, dalam seminar tentang Perkembangan TIK dalam Perubahan Paradigma Kehumasan dan Industri Periklanan di kampus Univesitas Airlangga (Unair) Surabaya. Demam penggunaan 'Blackberry' di Indonesia menjadi fenomena menarik yang dicontohkan Basuki.
Masyarakat membeli telepon selular buatan Kanada itu, hanya untuk bergaya dan mengikuti tren seiring dengan semaraknya penggunaan situs jejaring, seperti 'Facebook' dan 'Twitter'. "Padahal, masyarakat di Eropa dan Amerika Serikat sangat efisien menggunakan ponsel. Demikian juga dengan internet hanya digunakan untuk kegiatan-kegiatan produktif," katanya dalam seminar yang diselenggarakan mahasiswa Pascasarjana Media Komunikasi FISIP Unair itu.
Ia menyebutkan pengguna internet di Indonesia pada 2010 telah mencapai angka 45 juta. "Jumlah ini telah menimbulkan ketergantungan teknologi pada negara industri TIK," ucapnya.
Fenomena itu juga mengakibatkan perbedaan kelas masyarakat semakin nyata, dan memunculkan perwakilan dunia maya dalam jurnalisme masyarakat yang dapat menggoyahkan institusi formal. "Kasus Prita dan Bibit-Chandra merupakan bukti nyata dari fenomena itu," tuturnya mencontohkan.