REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pakar geologi gempa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Danny Hilman Natawidjaja, mengatakan bahwa gempa berskala 7,7 Skala Richter (SR) yang terjadi di Mentawai, Senin (25/10), merupakan bagian dari proses pemulihan pasca-gempa berskala 8,4 SR pada 2007. "Gempa 7,7 SR kemarin jelas merupakan bagian dari healing process setelah terjadi gempa 8,4 SR tahun 2007," kata Danny dalam keterangan tertulisnya yang diterima ANTARA News, di Jakarta, Rabu.
Namun, dia belum dapat memastikan apakah gempa itu merupakan bagian dari proses yang menuju ke akan pecahnya sumber gempa 8,8 SR dari megathrust Sunda yang masih tersisa di bagian utara.
Pada Senin (25/10), terjadi gempa berkekuatan 7,7 SR di baratdaya Pulau Pagai Selatan, Kabupaten Mentawai, Sumatra Barat. Menurut dia, gempa itu bisa disebut sebagai gempa susulan dari gempa besar 8,4 SR yang terjadi pada 12 September 2007. Dari analisis Survei Geologi di Amerika Serikat/AS (USGS) dan juga Badan Meteorologi dKlimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa itu disebabkan oleh pergerakan patahan pada Sunda Megathrust, yaitu pada bidang batas tumbukan Lempeng Hindia-Australia terhadap Lempeng Sunda.
Episenter gempa 7,7 SR itu terletak di sebelah barat dari bagian utara sumber gempa September 2007, dan sekaligus juga di ujung utara dari sumber gempa bawah laut yang menurut prediksi para ahli masih berpotensi untuk mengeluarkan gempa besar sampai 8,8 SR dalam waktu mendatang.
Sebelumnya, gempa utama 8,4 SR tahun 2007 sudah diikuti oleh rentetan beberapa gempa susulan besar, termasuk gempa 7,9 SR yang terjadi 12 jam setelahnya, gempa 7,0 SR yang terjadi tiga jam kemudian, dan gempa 7,0 SR yang terjadi lima bulan setelah itu.
Semua gempa susulan tersebut, termasuk yang terjadi Senin (25/10), terjadi di sekitar wilayah patahan gempa 8,4 SR tahun 2007 tersebut.
Di wilayah itu terdapat jaringan stasiun GPS kontinyu SuGAR (Sumatran GPS Array) yang dioperasikan bersama oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Earth Observatory of Singapore (EOS) - Nanyang Technological University.
Sejak tahun 2002, SuGAR secara berkelanjutan memonitor pergerakan tektonik di sepanjang pantai barat Sumatra dan Kepulauan Mentawai. "Dalam beberapa bulan ke depan, tim EOS-LIPI akan menganalisis data dari jejaring alat GPS ini untuk lebih mengerti tentang mekanisme gempa kemarin," kata Kerry Sieh, Direktur EOS.
Beberapa segmen dari Sunda Megathrust sudah pecah secara beruntun selama 10 tahun terakhir dan menghasilkan rentetan gempa besar di sepanjang pantai barat Sumatra.
Berdasarkan pola siklus gempa besar selama 700 tahun terakhir di Mentawai, para ahli percaya bahwa rentetan gempa besar itu sedang menuju puncak, yaitu terjadinya gempa yang jauh lebih besar, mendekati kekuatan gempa yang menyebabkan tsunami Aceh-Andaman tahun 2004.
Namun, waktu persisnya hal itu akan terjadi tetap masih merupakan misteri alam. "Gempa besar dari megathrust di bawah Pulau Siberut-Sipora-Pagai Utara tersebut bisa terjadi dalam 30 menit lagi atau 30 tahun lagi," kata Danny.
Namun, lanjut dia, gempa yang baru terjadi itu sama sekali tidak mengurangi potensi gempa besar Mentawai yang diprediksi mempunyai akumulasi tekanan bumi sampai 8,8 SR tersebut.