REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA — Program pembajakan software (perangkat lunak) di Indonesia, khususnya Jatim masih cukup tinggi. Itu diakui Presiden Director Microsoft Indonesia Sutanto Hartono, yang mengatakan jumlah perangkat software Microsoft yang dibajak pada tahun ini mencapai 86 persen dari total peredaran.
“Jadi, di antara market kami yang terjual di masyarakat hanya mencakup 14 persen. Sisanya bajakan,” terangnya kepada Republika, usai memperkenalkan teknologi komputasi berbasis internet (cloud computing) kepada koorporasi Hotel Shangrilla, Kamis (14/10).
Sutanto melanjutkan bahwa tren pembajakan di Indonesia terus memingkat, sebab pada tahun lalu masih 85 persen. Kontribusi Jatim sendiri, ungkapnya, mencakup 20 persen pasar software Indonesia. Sejauh ini pembajakan software lebih banyak dilakukan perorangan. “Angka pembajakan terlihat besar sebab antara koorporasi dengan pribadi disama ratakan aat penghitungan potensi kerugian secara total,” ujar Sutanto.
Didesak berapa kerugian yang ditanggung Microsoft Indonesia terkait pembajakan, ia tak mau menjawab pasti, apakah ratusan miliar atau bahkan triliunan rupiah. “Datanya ada di Jakarta dan bisa saya email. Saya tak bisa menyebut secara pasti sebab harus saya lihat dulu,” jelas Sutanto