Selasa 05 Oct 2010 03:27 WIB

Guru Besar Baru ITS: Kerawanan Banjir Dapat Diprediksi

Rep: mg3/ Red: Siwi Tri Puji B
Hujan. Ilustrasi
Foto: *
Hujan. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--Ternyata, tingkat kerawanan banjir dapat ditentukan dengan meneliti data-data yang dibutuhkan seperti ketinggian banjir harian, cuaca pada musim hujan dan lainnya. “Kalau di Surabaya sendiri sebenarnya masih minim sekali datanya, saya mengambil contoh di Kecamatan Gubeng, data yang saya peroleh pada musim penghujan tahun 2009, ada kenaikan curah hujan hingga 25 persen  dan itu dapat meningkatkan kerawanan banjir sekitar satu koma sekian centimeter,”jelas Joko Lianto Buliali kepada Republika usai acara pengukuhan Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Selasa (4/10).

Lebih lanjut Joko, yang merupakan guru besar ITS ke-93 ini, menjelaskan bahwa perhitungan tersebut tidak semudah cara menghitung kelipatannya atau linier-misal meningkat 10 persen naik 1 centimeter, atau 20 persen  naik 2 centimeter. "Memang harus melihat dari masing-masing daerah dan data keadaan curah hujan serta aspek lainnya. Namun, dengan adanya perhitungan mengenai tingkat kerawanan banjir ini paling tidak dapat diketahui daerah mana yang butuh penanganan," tutur Joko, panggilan akrab Joko Lianto Buliali.

Joko yang baru saja dikukuhkan sebagai guru besar bersama dengan guru besar ke-92, Ketut Buda Artana ini menjelaskan bahwa di Surabaya yang termasuk daerah rawan banjir. Sehingga memang dibutuhkan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut. Namun kebanyakan yang dipikirkan adalah masalah penanganan, bukan sebab.

“Memang kalau dilihat ini kan data-data resmi dan detail dari Dinas Penanggulangan Banjir, misalnya tentang tingkat curah hujan kan belum tercatat secara rapi. Karena mungkin memang belum konsen untuk pencatatan tersebut. Padahal untuk penelitian kerawanan banjir ini sangat membutuhkan data tersebut,”jelas Joko.

Menurut Joko, pemerintah perlu merapikan data-data mengenai pencatatan. Dengan demikian kepentingan penelitian dapat dengan mudah didapatkan. Dan untuk menanggulangi masalah banjir ini, dibutuhkan integrasi antar lembaga. Seperti halnya dalam karya Joko, untuk menentukan tingkat kerawanan banjir diperlukan kerjasama ilmu informatika-bidang yang ditekuninya, dengan bidang lingkungan hidup, statistika, matematika  dan tidak menutup kemungkinan bidang lainnya.

“Untuk melihat data cuaca BMKG (Badan Mereorologi Klimatologi dan Geofisika) dan untuk tingkat curah hujan membutuhkan data dari Dinas Penanggulangan Banjir dan ini memang butuh kerjasama yang kompak,” ujar Joko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement