Selasa 31 Aug 2010 21:39 WIB

Setiap Orang Memang Butuh Ibu, Terbukti Secara Ilmiah

Rep: Agung Sasongko/Telegraph/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Seorang ibu bersama anak-anaknya (Ilustrasi)
Foto: Corbis
Seorang ibu bersama anak-anaknya (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  LONDON--Peran ibu memang luar biasa. Bukan sekedar memberi kasih sayang tetapi kehadiran Ibu juga membawa dampak pada otak manusia dari bayi hingga dewasa.

Keterikatan antara ibu dan anak telah dirajut ketika si jabang bayi masih dalam kandungan. Keterikatan itu kian bertambah ketika si jabang lahir dan melihat wajah sang ibu. Saat itu otak si bayi dan ibu mengalami reaksi yang unik. Keunikan itu juga terjadi ketika si bayi beranjak dewasa.

Dalam sebuah studi yan dipublikasikan Journal Brain and Cognition, peneliti menyatakan bahwa selain respon si bayi, ibu juga memberikan respon emosional dan kognitif yang kompleks sebagai bentuk keterikatan terhadap si anak. Peneliti berkeyakinan temuan ini  akan memberikan informasi baru tentang keterikanan ibu dan anak.

Sebelumnya, peneliti telah mencari tahu dengan menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk menggambarkan aktivitas otak ketika seseorang diperlihatkan foto ibu, orang asing dan selebritis. Ketika foto ibu ditunjukan, terjadi aktifitas unik dalam otak.

Sebagai perbandingan, anak-anak burung ketika pertama kali dapat melihat, mereka segera mengikuti karakter dan perilaku sang induk. Meski demikian, bayi manusia tidaklah mengikuti secara utuh karakteristik dan perilaku ibunya. Namun, pengaruh itu baru terlihat ketika si bayi tumbuh dewasa.

Dr Marie Arsalidou, peneliti yang berasal dari University of Toronto, Kanada, mengatakan pengaruh wajah ibu terhadap keterikatan dengan si anak sangat berbeda dengan wajah ayah. Wajah ayah menghasilkan respon yang kuat di sebuah area mendalam di otak dan berkontribusi terhadap perasaan kasih sayang meski tidak menyebabkan kedekatan layaknya ibu.

"Fakta bahwa aktivasi-aktivasi ini lebih terlihat pada orang dewasa yang tinggal jauh dan sudah pisah bertahun-tahun dari orang tua mereka, menghasilkan kemungkinan bahwa hal itu adalah hasil dari efek jangka panjang."

Sementara, sebuah penelitian AS menemukan bahwa suara ibu ternyata menenangkan saraf yang tegang - ini bisa terjadi meski lewat percakapan telepon. Efek itu merupakan peran dari oksitosin, hormon penenang yang diketahui ikut memainkan peran dalam ikatan ibu dan bayi.

Para peneliti di universitas dari Wisconsin- Madison membuat sebuah kelompok gadis dari usia tujuh hingga 12 tahun tahun. Mereka diberi tugas berbicara di depan kelas serta menyelesaikan rangkaian problem matematika dan dilakukan di depan orang asing, yang membuat mereka tertekan.

Sepertiga kelompok partisipan diberi kesempatan berbicara dengan ibu mereka lewat telefon. Kemudian epertiga lainnya didampingi ibu mereka dan sisanya menonton film.

Tingkat dari hormon oksitosin meningkat dengan cepat pada mereka yang melihat atau berbicara pada ibu mereka, dan yang menjadi kejutan para peneliti, dalam satu jam, para gadis yang menghubungi ibu mereka terlihat tenang, sama seperti mereka yang didampingi langsung oleh ibu.

Peneliti Leslie Seltzer mengatakan "hal itu terlihat jelas dari hasil ini bahwa suara ibu memiliki efek yang sama seperti dekapannya, meskipun anak-anak tidak berada di sisinya."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement