Senin 30 Aug 2010 18:11 WIB

Berebut Tahta Nomor Dua

Telepon Pedesaan: Pedesaan di Indonesia membutuhkan dukungan telefoni dasar, bukan broadband
Foto: taufik rachman
Telepon Pedesaan: Pedesaan di Indonesia membutuhkan dukungan telefoni dasar, bukan broadband

REPUBLIKA.CO.ID,Diam diam pertarungan antara Indosat dengan XL Axiata makin seru saja. Dua operator yang mayoritas sahamnya dimiliki asing ini, tengah 'adu kuat' untuk menduduki tahta nomor dua pada industri seluler di Indonesia.

Indosat, selama ini dinilai sebagai operator terbesar kedua, setelah Telkomsel. Sementara XL berada pada urutan ketiga. Namun belakangan XL mulai 'unjuk gigi'. Kinerja yang terus bersinar dalam dua tahun terakhir ini, menjadikan peluang XL Axiata untuk menggeser  Indosat di nomor dua makin lempang saja. Apalagi kinerja Indosat dikabarkan mulai mengalami penurunan.

''Dalam beberapa aspek kami berada di nomor dua,'' ujar Presiden Direktur XL Axiata Hasnul Suhaimi. Ia antara lain menunjuk kinerja keuangan XL semester I tahun 2010 yang membukukan keuntungan bersih yang lebih tinggi dibandingkan Indosat, EBITDA yang mendekati angka 50 persen, serta kapitalisasi saham di pasar modal. ''Dengan harga saham Rp 5.100,- dengan 8,3 miliar saham, kapitalisasi pasar XL Axiata semakin tinggi. Mungkin lebih tinggi dari Indosat,'' ujar Hasnul yang pernah menjadi Direktur Utama Indosat.

Sejauh ini, Indosat masih optimistik berada di peringkat kedua. Karenanya manajemen Indosat menampik anggapan bahwa Indosat telah digeser XL dan memastikan operator yang mayoritas sahamnya dikuasai Qatar Telecom ini masih berada di nomor dua.

Demi menjaga citra di mata publik maupun inevestor, Indosat diperkiran akan all out untuk mempertahankan tahtanya. Bahkan jika dimungkinkan, Indosat mengejar Telkomsel yang sejak awal berada di puncak dan belum ada tanda-tanda akan tergoyahkan. Apakah Indosat mampu mempertahankan diri di posisi kedua, atau justru akan dikejar XL?

Mengamati sepak terjang XL dalam dua tahun terakhir ini, kita menangkap satu konsep pengembangan layanan dan produk yang cukup inovatif. Mengusung ikon tarif murah untuk layanan seluler, XL juga melakukan serangkaian inovasi di aspek marketing. Pendekatan ini kemudian didukung dengan ekspansi layananan, peningkatan kualitas dan kapasitas jaringan.

Tak kalah menariknya, XL hanya fokus pada satu kartu prabayar saja, sementara dua operator incubent memiliki dua kartu prabayar. Memiliki dua kartu praayar, belakangan dirasakan seperti 'kerikil dalam sepatu'. Kanibalisme antara satu kartu dengan kartu lain tak terelakan, pasalnya dua kartu prabayar cenderung membidik segmen yang relatif sama.

Lambatnya pertumbuhan KartuAs Telkomsel, misalnya, barangkali menggambarkan fenomena tersebut. Hingga laima tahun sejak kelahirannya, KartuAs melesat bak roket. Pertumbuhan KartuAs sering lebih tinggi ketimbang saudara kandungnya, Simpati. Namun dua tahun terakhir ini, pertumbuhan kartuAs tak lagi secepat saudara kandungnya. Kasus serupa, tampaknya, dihadapi Indosat. IM3 harus bersaing dengan saudara kandungnya, Mentari. Pertumbuhan Mentari, tak secepat pertumbuhan IM3.

Kartu prabayar tunggal, boleh jadi membuat XL lebih fokus dan leluasa menggarap pasar. Tak mengherankan jika pelanggan bebas makin gemuk saja. Semester pertama tahun 2010, XL membukukan pertumbuhan pelanggan relaatif tinggi. Bila pada Maret 2010 pelanggan XL diperkirakan 32,6 juta pada Juni 2010 pelanggan XL naik delapan persen menjadi 35,2 persen.

Sedangkan Indosat pada Maret 2010 mencatat jumlah pelanggan 37,7 juta ( ini setelah dilakukan revisi pada 22 Juli dengan menghapus sekitar 2,1 juta pelanggan yang diumumkan sebelumnya. Hingga Juni 2010 pelanggan Indosat naik 100 ribu menjadi 37,8 persen. Beda jumlah pelanggan yang semakin tipis, memang mengundang interprestasi publik XL bakal menyalip Indosat dalam waktu dekat. Apalagi pada titik-titik tertentu, pelanggan XL lebih dominan ketimbang Indosat.

Pertumbuhan pelanggan XL dalam tiga tahun terakhir menjadikan pangsa pasar operator ini juga mengalami peningkatan. Bila sebelumnya pangsa pasar XL sekitar 13-15 persen, saat ini pangsa pasar XL diperkirakan mencapai 17-19 persen. Sementara Indosat yang sebelumnya menguasai pangsa pasar sekitar 20-22 persen, mengalami penurunan. Pangsa pasar Indosat beda tipis dengan XL. Yang belum tergoyahkan memang Telkomsel yang masih menguasai diatas 50 persen.

Lambatnya kenaikan jumlah pelanggan Indosat memang menjadi pertanyaan banyak pihak.  Pasalnya pada industri seluler, operator umumnya membukukan pertumbuhan pelanggan diatas dua persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan pelanggan seringkali diikuti dengan pertumbuhan trafik dan pada giliranya pertumbuhan revenue.

Adakah penurunan drastis laba Indosat lebih dipengaruhi oleh rendahnya penurunan jumlah pelanggan.  Terlampau sederhana, memang, mengkaitkan rendahnya pertumbuhan pelanggan dengan pertumbuhan trafik dan revenue. Apalagi dikaitkan dengan penurunan dratis laba bersih. Pasalnya kinerja operator tidak bergantung pada pertumbuhan jumlah pelanggan saja. Ada banyak elemen lain yang mempengaruhi kinerja suatu operator.

Namun demikian, perlu kiranya disadari bahwa dimata awam, pertumbuhan jumlah pelanggan seringkali menjadi salah satu parameter keberhasilan suatu operator. Bagaimanapun pertumbuhan jumlah pelanggan menggambarkan sejauhmana trust publik kepada sebuah operator.  Kepercayaan inilah, barangkali, satu elemen penting bagi industri telekomunikasi di Indonesia. Karena kepercayaanlah yang mendorong satu pilihan kepada suatu operator, bukan semata-mata tarif murah yang ditawarkan.

XL, rupanya, menyadari bahwa trust penting bagi pelanggan. Karenanya, selain tarif murah berbagai elemen pokok yang melekat pada industri telekomunikasi juga diperhatikan, misalnya coverage yang semakin luas, kualitas jaringan yang semakin baik, kapasitas yang memadai, inovasi produk, nilai tambah yang bisa dinikmati pelanggan, serta tarif yang terjangkau.

Dalam konteks ini, ada aspek yang harus dibenahi Indosat agar mampu mempertahankan 'tahta' yakni coverage dan kualitas jaringan. Dua elemen ini memiliki peranan penting dalam mempertahankan pelanggan agar tidak beralih ke operator lain serta menggaet pelanggan baru sebanyak mungkin. Komunikasi, bagaimanapun, identik dengan kenyamanan, kemudahan menghubungi dan dihubungi.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement