Rabu 28 Jul 2010 00:34 WIB

Penelitian Terbaru: Cengeng Bukan Persoalan Emosi, Tapi Kimiawi Tubuh

Ilustrasi
Foto: .
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, ROTTERDAM--Jangan buru-buru menvonis pasangan Anda cengeng, ketika sama-sama menonton film di bioskop dan dia berlinang air mata saat adegan sedik diputar. Perbedaan neurotransmiter mungkin menjelaskan mengapa beberapa orang lebih rentan untuk menangis dalam situasi emosional tertentu daripada yang lain.

Tim Frederick van der Veen dari Erasmus Medical Centre di Rotterdam, Belanda, memberi 25 relawan perempuan dosis tunggal paroxetine, sebuah inhibitor SSRI yang meningkatkan kadar serotonin sebentar, atau memberi efek plasebo. Empat jam kemudian mereka diminta untuk menonton salah satu dari dua film emosional: Brian's Song, di mana sang pahlawan meninggal karena kanker, atau Once Were Warriors,, tentang kekerasan domestik, dan untuk menunjukkan apakah, dan sejauh mana adegan tertentu telah membuat mereka menangis.

Pada hari lain, para wanita menyaksikan film kedua dengan perlakuan yang ditukar: bila hari sebelumnya mereka yang dinaikkan kadar sorotoninnya, maka kali ini kelompok kontrol yang diberi perlakuan itu. "Tak masalah film mana mereka lihat, kita melihat efek yang kuat dan konsisten dari paroxetine," kata van der Veen, yang mempresentasikan hasil di Forum Neuroscience Eropa di Amsterdam minggu lalu. "Kadar serotonin yang lebih tinggi menyebabkan orang lebih gampang menangis."

Meskipun SSRI digunakan untuk mengobati depresi, efek mereka meningkatkan suasana hati biasanya tidak muncul untuk sekitar enam minggu. Perempuan tersebut melaporkan tidak ada perubahan dalam suasana hati dalam studi saat ini. "Kami melihat efek langsung dari dosis tunggal paroxetine," kata van der Veen, yang menambahkan bahwa temuan ini bisa membantu menjelaskan mengapa beberapa orang melaporkan tumpul emosi saat mengambil SSRI.

"Pemahaman kita tentang neurobiologi menangis cukup terbatas," kata Christopher Lowry, seorang peneliti serotonin di University of Boulder di Colorado. "Masuk akal bahwa mekanisme menangis melibatkan serotonin."

Van der Veen sekarang tengah menggagas penelitian lanjutan untuk mengetahui apakah perbedaan genetik dalam produksi serotonin mempengaruhi kecenderungan untuk menangis. Hasilnya, bisa jadi gampang menangis adalah "penyakit" turunan. Wah...wah....

sumber : Newscientist
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement