REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA--IBM memperkenalkan konsep kota cerdas (smart cities) untuk Indonesia. Pada konsep yang dikembangkan ini, IBM menawarkan solusi berbasis teknologi informasi untuk optimalisasi layanan publik, utamanya di bidang transportasi, energi & utilitas, pemeliharaan kesehatan, pengelolaan air bersih, keselamatan umum, layanan pemerintah dan pendidikan.
"Pemerintah kota harus mencari tahu bagaimana mereka dapat memanfaatkan TI sebaik-baiknya untuk meningkatkan pengelolaan kota dan agar tidak tertinggal oleh urbanisasi," tutur Suryo Suwignjo, Presiden Direktur, IBM Indonesia. IBM, kata Suryo, mengembangkan berbagai solusi guna mencapai sasaran dimaksud. Saat ini IBM memiliki setidaknya 1.200 solusi.
Ia mengungkapkan bahwa pada tahun 2007, lebih dari setengah penduduk Bumi tinggal di daerah perkotaan. Pada tahun 2050, 70 persen manusia akan tinggal di kota-kota - meningkat dari 3,3 miliar jiwa saat ini menjadi 6,4 miliar jiwa. Meningkatnya urbanisasi menciptakan tantangan maupun peluang bagi kita semua - terutama bagi para pemimpin kota.
Pada tahun 2010 Indonesia telah menjadi negara terpadat keempat di dunia, dan Jakarta adalah kota terpadat dengan lebih dari 10 juta penduduk yang tinggal di daerah metropolitan ini. Urbanisasi secara fundamental juga merubah cara penduduk Jakarta menjalani hidup dan bekerja. Selain menciptakan diversitas, kreatifitas dan inovasi, urbanisasi juga meningkatkan penghambatan pada infrastruktur kota dan sistem perkotaan seperti transportasi, komunikasi, kesehatan, sumber daya air dan energi.
"Pemerintah kota harus mencari tahu bagaimana mereka dapat memanfaatkan TI sebaik-baiknya untuk meningkatkan pengelolaan kota dan agar tidak tertinggal oleh urbanisasi," tutur Suryo Suwignjo, Presiden Direktur, IBM Indonesia.
Konsep cerdas menempatkan kota sebagai sebuah ekosistem yang terdiri dari banyak subsistem untuk mengelola transportasi, energi, perniagaan, komunikasi dan sumber daya air. Subsistem-subsistem ini digabungkan untuk membentuk sebuah kesatuan yang terinterkoneksi dan saling mendukung. Karena adanya keterbatasan teknologi, subsistem-subsistem ini sebelumnya tidak dapat menawarkan dukungan informasi terintegrasi untuk perkembangan kota.
Namun demikian, berdasatkan riset yang dilakukan IBM menyimpulkan bahwa dengan memanfaatkan interkoneksi dari internet, komputasi awan, optimalisasi analisa bisnis dan teknologi informasi lainnya, infrastruktur fisik, informasi, sosial dan komersial sebuah kota akan menjadi terinterkoneksi untuk membentuk sebuah infrastruktur yang menjembatani kesenjangan antar subsistem dan antar letak geografis.
IBM, ujar Suryo, telah mengembangkan solusi untuk mengurangi kemacetan lalu lintas dan polusi udara, mendigitalisasikan catatan kesehatan untuk meningkatkan perawatan pasien secara keseluruhan, meningkatkan kualitas, persediaan, dan akses ke air bersih. Solusi lain yang dikembangkan adalah mencari sumber dan mengelola daya secara lebih pintar, meningkatkan kualitas dan akses ke pendidikan, serta mempercanggih sistem keamanan untuk mengurangi tingkat kejahatan
Implementasi solusi telah diterapkan disejumlah kota besar dunia, seperti sistem transportasi canggih eSymphony milik Singapura, pengelolaan air bersih SmartBay milik Galway yang inovatif, dan inisiatif Wired City milik Songdo. ''Di Indonesia, IBM telah membantu Pemerintah Daerah Surabaya untuk membangun sebuah sistem yang lebih pintar untuk menyajikan informasi yang komprehensif, akurat dan terkini untuk masyarakat Surabaya dengan membangun sebuah Sistem Data Kependudukan yang Terintegrasi dan cangih,'' kata Suryo Suwignyo.