Selasa 22 Jun 2010 06:24 WIB

Broadband tak akan Matikan Layanan Berbasis 2G

Telepon Pedesaan: Pedesaan di Indonesia membutuhkan dukungan telefoni dasar, bukan broadband
Foto: taufik rachman
Telepon Pedesaan: Pedesaan di Indonesia membutuhkan dukungan telefoni dasar, bukan broadband

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kehadiran teknologi baru seperti broadband pada industri seluler, tidak dengan sendirinya menggeser keberadaan teknologi konvesional. Oleh karena itu, kehadiran teknologi seluler generasi ke empat (4G), tidak akan menggeser teknologi 2G.

Buktinya, makin banyak perusahaan yang memanfaatkan teknologi 2G (GPRS yang telah berusia lebih dari 10 tahun. ''Banyak perusahaan yang kini memanfaatkan layanan  berbasis GPRS,'' kata Direktur Perencanaan dan Pembangunan Telkomsel, Herfini Harjono, di Jakarta, Senin (21/6).

Herfini menegaskan bahwa Telkomsel akan mempertahankan layanan berteknologi 2G, sekalipun telah mengimplementasikan perkembangan teknologi baru, seperti 3G, 3,5 G bahkan 4G. Karena masing-masing teknologi disebut Herfini memiliki segmen sendiri-sendiri. Bahkan layanan GPRS akan diperluas, seiring dengan meningkatnya kebutuhan komunikasi, utamanya di kalangan masyrakat pedesaan.

Selain komunikasi, GPRS juga mendukung layanan korporat. Herfini kemudian menunjuk pemanfaatkan teknologi GPRS untuk mendukung layanan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). ''Dua bank telah memanfaatkan layanan ATM over GPRS,'' kata Herfini. Layanan lain yang juga dimininati adalah mobile tracking yang banyak dimanfaatkan perusahaan angkutan dan kargo, termasuk layanan pembayaran tagihan bulanan.

Untuk layanan berbasis GPRS, Telkomsel telah mengcover sebagian besar populasi di Indonesia. ''Sementara untuk layanan EDGE, telah menjangkau seluruh kabupaten/kota,'' ujar Herfini. EDGE mampu mendukung layanan data dan akses internet berkecepatan sedang yakni antara 64 kbps -128 Kbps. ''Kecepatan EDGE bisa ditingkatkan menjadi 256 Kbps,'' katanya.

Berbicara mengenai teknologi broadband, Herfini mengemukakan bahwa pengembangan layanan ini disesuaikan dengan kebutuhan serta mempertimbangkan tingkat penggunaan broadband itu sendiri. Untuk layanan 3G/WCDMA, misalnya, telah dikembangkan di 150 kota di Indonesia. ''Kota-kota yang sama kini bisa menikmati akses yang lebih cepat lagi melalui HSDPA dengan kecepatan hingga 3.6 Mbps,'' papar Herfini.

Coverage yang lebih sempit terjadi pada HSPA+ yang mampu menstranfer data dengan kecepatan hingga 21 Mbit per detik. ''Layanan HSPA+ dikembangkan untuk 24 kota di Indonesia,'' kata Herfini. Ia belum dapat memastikan apakah layanan ini akan diperluas lagi.

Sukses dengan HSPA+, Telkomsel melakukan uji coba layanan long term evolution dan double carrier HSPA+ (DC HSPA+). ''DC HSPA+ mampu mentransfer data dengan kecepatan 42 Mbits per detik. Dari ujicoba  di Medan dan Jakarta, DC HSPA+ mampu mentransfer data antara 41 Mbits per detik - 42 M bits per detik,'' katanya.

Sedang LTE, secara teknis memiliki kemampuan download data hingga 150 Mbits per detik dan up load data 50 Mbits per detik. Namun teknologi terbaru ini membutuhkan dukungan bandwith hingga 20 MHz.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement