REPUBLIKA.CO.ID,Jambi--PT Asian Agri saat ini tengah mengembangkan teknologi penelitian bibit kelapa sawit dengan menggunakan sistem kloning untuk bisa meningkatkan produksi tanaman kelapa terbesar di Indonesia tersebut. Dengan pengembangan sistem kloning, kami menargetkan peningkatan produksi meningkatkan sekitar 20 persen," ujar Humas PT. Asian Agri wilayah Jambi, Zahya Saragih di Jambi, Kamis.
Menurut Zahya, proses pengembangan dan penelitian bibit sawit milik perusahaannya saat ini berlokasi di kawasan Topaz, Provinsi Riau. Dipilihnya kawasan Topaz ditentukan setelah melakukan beberapa penelitian sebelumnya di beberapa kawasan pengembangan sawit milik PT. Asian Agri. Diantaranya di Provinsi Riau, Medan, Kalimantan serta Jambi. "Namun kondisi tanah dan wilayah di kawasan Topaz dinilai paling baik sehingga ditetapkan sebagai kawasan pengembangan," katanya.
Ia menjelaskan penelitian tersebut mulai dikembangkan sejak tahun 2005. proses kloning dimulai dengan pemilihan tunas daun muda dari tanaman terbaik yang berusia di atas 10 tahun. Tunas muda tersebut kemudian dibedah untuk mendapatkan serat lidi dari daun. Lidi tersebut, lanjutnya, dikembangkan selama enam bulan untuk menjadi embroid dan baru dipindahkan ke dalam tabung reaksi ketika sudah berbentuk pucuk.
Setelah itu, pucuk yang telah berakar ditempatkan di media tanah yang berada di ruangan steril selama 10 bulan dinyatakan siap menjadi bibit sawit. Menurut dia, perusahaan di tempatnya bekerja telah berhasil mengembangkan sebanyak 50 ribu bibit sawit dari teknologi kloning tersebut. Namun, penanamannya belum dalam skala besar karena pengembangan belum sepenuhnya sempurna "Investasi untuk kloning bibit sawit sangat tinggi, karena itu harganya juga cukup tinggi yakni mencapai Rp50 ribu hingga Rp70 ribu per bibit," katanya.
Untuk terus mengembangkan teknologi kloning tersebut, pihaknya telah beberapa kali mencari bibit berkualitas di beberapa negara pengembang kelapa sawit. Diantaranya
dikawasan Afrika seperti Angola, Nigeria dan Afrika Selatan. Beberapa daerah lainnya seperti Jamaika, Kenya dan New Zaeland.
"Hasil pengembangan bibit kami juga rencananya akan kami kembangkan di Provinsi Jambi. Sebagian besar penerapannya saat ini masih kami kembangkan di daerah Medan dan Riau," tambah Zahya Saragih.