Ahad 27 Nov 2022 00:36 WIB

Elon Musk Sebut Pemblokiran Akun Twitter Donald Trump Sebuah Kesalahan

Pada 19 November lalu, Musk mengaktifkan kembali akun Twitter Trump.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Sebuah tanda di kantor pusat Twitter di San Francisco, Jumat, 18 November 2022. Twitter kemungkinan akan memangkas lebih banyak karyawannya lagi.
Foto: AP Photo/Jeff Chiu
Sebuah tanda di kantor pusat Twitter di San Francisco, Jumat, 18 November 2022. Twitter kemungkinan akan memangkas lebih banyak karyawannya lagi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemilik perusahaan media sosial Twitter, Elon Musk, mengatakan, pemblokiran akun Twitter Donald Trump adalah sebuah kesalahan yang harus diperbaiki. Akun Twitter Trump diblokir karena dianggap menghasut dan mendorong aksi kerusuhan gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021.

“Saya tidak masalah dengan Trump tidak men-tweet. Yang terpenting adalah Twitter memperbaiki kesalahan besar dalam melarang akunnya, meskipun tidak ada pelanggaran hukum atau ketentuan layanannya,” tulis Musk lewat akun Twitter pribadinya, Jumat (25/11/2022).

Baca Juga

Musk mengisyaratkan bahwa tindakan Twitter kala itu berdampak negatif pada platform media sosial tersebut. “Mencabut platform presiden yang sedang menjabat merusak kepercayaan publik untuk Twitter bagi separuh warga Amerika,” tulis Musk.

Pada 19 November lalu, Musk mengaktifkan kembali akun Twitter Trump. Sebelum melakukan hal itu, Musk, lewat akun Twitter pribadinya, telah melakukan jajak pendapat dan bertanya kepada para pengguna platform medsos tersebut tentang apakah akun Trump harus dipulihkan.

Hasilnya, dari lebih 15 juta orang yang memberikan suaranya, sebanyak 51,8 persen menyatakan setuju jika akun Trump diaktifkan kembali. “Orang-orang telah berbicara. Trump akan dipulihkan. Vox populi vox dei (Suara rakyat adalah suara Tuhan),” cicit Musk setelah jajak pendapat itu usai.

Namun Trump sempat mengatakan bahwa dia tidak tertarik untuk kembali aktif di Twitter. “Saya tidak melihat alasan untuk itu,” ucapnya ketika menghadiri pertemuan tahunan Republican Jewish Coalition pada 19 November lalu.

Trump mengungkapkan, dia akan tetap menggunakan platform medsos terbarunya, yakni Truth Social. Aplikasi itu dikembangkan perusahaan rintisan Trump Media & Technology Group (TMTG). Menurut Trump Truth Social memiliki keterlibatan pengguna yang lebih baik daripada Twitter.

Dia berpendapat, saat ini Twitter menghadapi masalah bot dan akun palsu. Trump menilai, masalah-masalah yang dihadapi Twitter “luar biasa”. Kendati demikian, Trump menyanjung Elon Musk dan mengatakan bahwa ia selalu menyukai tokoh pendiri Tesla dan SpaceX tersebut.

Musk pertama kali menyampaikan ide untuk memulihkan akun Twitter Trump pada Mei lalu. Kabar itu segera memicu kekhawatiran banyak pengiklan di Twitter. Musk pun berusaha meyakinkan pengguna dan pengiklan bahwa keputusan seperti itu akan dibuat dengan pertimbangan oleh dewan moderasi konten.

Dewan tersebut, kata Musk, terdiri dari orang-orang dengan sudut pandang beragam. Kala itu Musk mengatakan, pemulihan akun tidak akan terjadi sebelum dewan bersidang. Dia pun menyatakan bahwa Twitter tidak akan mengaktifkan kembali pengguna yang diblokir sampai ada “proses yang jelas untuk melakukannya”. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement