Ahad 26 May 2024 13:51 WIB

Tempat Tertinggi di Bumi yang Dihuni Manusia

Ada sekitar 50 ribu penduduk yang tinggi di tempat tertinggi ini.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Seorang warga berada di ketinggian kota La Rinconada, Pegunungan Andes, Peru. La Riconada merupakan tempat tertinggi di Bumi yang dihuni manusia.
Foto: Nacho Doce/Reuters
Seorang warga berada di ketinggian kota La Rinconada, Pegunungan Andes, Peru. La Riconada merupakan tempat tertinggi di Bumi yang dihuni manusia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di seluruh dunia, ada lebih dari 80 juta orang yang hunian permanennya berada di ketinggian, setidaknya 2.500 meter di atas permukaan laut. Hunian di tempat tinggi tersebut tersebar di Amerika Selatan, Asia Tengah, Afrika Timur, dan beberapa kawasan lain. 

Salah satu pemukiman permanen di tempat tinggi yakni Wenquan di Provinsi Qinghai, China, dengan ketinggian 4.870 meter di atas permukaan laut. Ada juga Korzok di India, dengan ketinggian 4.572 meter di atas permukaan laut.  

Baca Juga

Namun, ada satu tempat yang lebih tinggi dari semuanya. Tempat tertinggi di Bumi yang ditinggali manusia itu adalah La Rinconada, yang berlokasi di Andes Peru. Sebanyak 50 ribu penduduknya tinggal di ketinggian antara 5.000-5.300 meter di atas permukaan laut.

Dikutip dari laman LiveScience, Ahad (26/5/2024), di La Rinconada tidak ada air mengalir, juga sistem pembuangan limbah atau sampah. Makanan untuk penduduk di sana diimpor dari dataran rendah dan listrik baru dipasang pada tahun 2000-an.   

Kota La Rinconada terkenal dengan pertambangan emasnya, yang awalnya (lebih dari 60 tahun lalu) merupakan pemukiman penambangan sementara. Lambat laun, warga di sana menetap secara permanen dan beradaptasi dengan sejumlah kondisi.

Penduduk La Rinconada harus hidup dalam kondisi ekstrem dengan tekanan oksigen hingga setengah dari yang ada di permukaan laut. Bagi orang yang tidak dilahirkan di dataran tinggi dan jarang bepergian ke ketinggian, laju pernapasan dan detak jantung meningkat.

Hal itu karena oksigen yang tersedia di udara lebih sedikit, sehingga paru-paru dan jantung perlu bekerja lebih keras untuk memberi nutrisi pada jaringan. Persentase hemoglobin, protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen, di dalam darah juga akan menurun. Semakin tinggi ketinggiannya, semakin kuat semua respons itu.

Beberapa orang mungkin mengalami kondisi yang disebut penyakit gunung akut (AMS) saat tubuh mencoba menyesuaikan diri dengan rendahnya kadar oksigen. Efeknya dapat menimbulkan gejala seperti sakit kepala, kelelahan, mual dan kehilangan nafsu makan. 

Namun, penduduk dataran tinggi, seperti mereka yang tinggal di La Rinconada, tampaknya telah beradaptasi dengan lingkungan rendah oksigen dengan berbagai cara. "Ada bukti yang cukup bagus dari seluruh dunia bahwa ada sedikit atau sangat besar peningkatan volume paru-paru pada orang-orang yang terpapar ketinggian, terutama sebelum masa remaja," ujar profesor emerita antropologi di Case Western Reserve University di Ohio, Cynthia Beall. 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement