REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Iran melakukan serangan tak terduga terhadap Israel, Sabtu (13/4/2024) malam. Iran menembakkan sejumlah drone, rudal jelajah, dan balistik ke wilayah Israel. Serangan ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Dalam serangan pada 13 April 2024, media pemerintah Iran melaporkan penggunaan drone Shahed-136 dan Shahed-131 buatan dalam negeri. Drone bunuh diri ini, yang juga dikenal sebagai "kamikaze" telah menjadi senjata yang populer di antara kelompok militan pro-Iran di wilayah tersebut. Selain digunakan secara internal, Iran juga dituduh mengirimkan drone tersebut ke Rusia untuk digunakan dalam konflik di Ukraina.
Meskipun drone ini disebut primitif dan sederhana, para ahli menyatakan drone "kamikaze" ini telah terbukti efektif dalam mencapai sasaran dengan biaya yang relatif murah. Dibuat dengan komponen siap pakai, drone Shahed-136 dan Shahed-131 telah membuktikan diri mampu menyebabkan kerusakan signifikan saat ditembakkan ke sasaran.
Para ahli menyebut drone tersebut sebagai mesin pemotong rumput atau moped karena suara mesinnya yang khas saat terbang. Dilansir RFERL pada Senin (15/4/2024), ahli dari Center for Naval Analyses, Samuel Bendett mengatakan bahwa drone ini mampu memberikan gesekan dan kerusakan yang signifikan pada sasaran saat diluncurkan.
Peneliti di Proyek Pengendalian Senjata Nuklir Wisconsin, John Krzyzaniak menambahkan bahwa jika Shahed-136 ditembakkan dalam jumlah besar, drone dapat menimbulkan malapetaka. Sementara itu, jangkauan operasional dari drone Shahed-136 diperkirakan mencapai hingga 2.500 kilometer, sedangkan Shahed-131 memiliki jangkauan sekitar 900 kilometer.
Ini membuat Israel, yang berjarak sekitar 1.000 kilometer dari Iran, menjadi target yang sangat dekat. Meskipun Iran telah meluncurkan sekitar 170 drone, militer Israel berhasil menghalau semuanya.
Iran tidak hanya memproduksi drone "kamikaze", tetapi juga telah menjadi produsen drone yang produktif secara keseluruhan. Mereka menghasilkan drone tempur yang lebih canggih, seperti Mohajer-6, Shahed-129, dan Shahed-191. Drone Mohajer-6, misalnya, memiliki kemampuan untuk melakukan misi pengintaian dan serangan udara dalam jarak 200 kilometer.
Penggunaan drone "kamikaze" ini menunjukkan bahwa Iran tetap mengandalkan strategi perang asimetris dalam menghadapi musuhnya. Iran juga dituduh telah menggunakan drone ini di luar perbatasannya, mempekerjakannya dalam misi pengintaian, sabotase, dan serangan di wilayah tersebut. Selain itu, Iran juga telah memasok drone ke sekutunya di Timur Tengah, termasuk kelompok militan di Irak, Suriah, dan Yaman.