REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berhasil menciptakan tepung sorgum yang dapat diolah 100 persen menjadi mi dan berpotensi melepaskan ketergantungan Indonesia terhadap tepung gandum dari luar negeri. Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN Puji Lestari mengatakan sorgum bagian dari komoditas pangan utama yang menjadi alternatif substitusi gandum dan bagian dari diversifikasi pangan di Indonesia.
"Sorgum menjadi kandidat yang menjanjikan," ujarnya dalam lokakarya pengembangan sorgum yang dipantau di Jakarta, Selasa (2/4/2024).
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan angka impor biji gandum dan meslin mencapai 10,58 juta ton dengan nilai mencapai 3,66 miliar dolar AS pada 2023. Volume impor itu mengalami kenaikan 1,23 juta ton dibandingkan setahun sebelumnya.
Pada 2022, Indonesia mengimpor biji gandum dan meslin sebanyak 9,35 juta ton dengan nilai mencapai 3,77 miliar dolar AS. Puji memandang bahwa diversifikasi menjadi bagian yang penting untuk mengurangi kerentanan terhadap situasi produksi pangan.
"Sorgum masih terjangkau dibandingkan yang lain (gandum). Sorgum mengandung vitamin, mineral, ataupun antioksidan yang bisa dimaksimalkan potensinya," kata Puji.
Produk mi hasil inovasi BRIN yang terbuat dari 100 persen tepung sorgum masih mengandung aktivitas antioksidan, serta bebas gluten. Konsumen yang memiliki penyakit autoimun gluten dan intoleransi gluten dapat mengonsumsi tepung sorgum.
BRIN telah merencanakan untuk mengusulkan paten dari produk mi yang menggunakan 100 persen tepung sorgum tersebut. Melalui alat pencetak mi berupa ekstruder panas temperatur 80 derajat Celsius, BRIN mampu membuat adonan menjadi untaian mi.
Setelah mi terbentuk, proses selanjutnya pengeringan selama satu jam. BRIN menggunakan temperatur 40 derajat Celsius.