Studi pada tikus menunjukkan bahwa paparan kafein dalam rahim meningkatkan kemungkinan anak menunjukkan tanda-tanda autisme, terutama jika dikombinasikan dengan pola makan tinggi lemak setelah kelahiran. Paparan kafein diyakini mengganggu perkembangan normal sirkuit saraf dan sistem neurotransmitter dalam otak janin, yang penting untuk fungsi kognitif dan perilaku.
"Kami menemukan bahwa tikus jantan yang terpapar lingkungan prenatal yang buruk menunjukkan perilaku autis, namun tikus jantan dan betina menunjukkan perilaku autisme yang khas setelah diberi makanan tinggi lemak," kata penulis studi dan profesor ilmu farmasi di Wuhan University, dr Dan Xu, dilansir Daily Mail, Kamis (28/3/2024).
Temuan ini memiliki implikasi penting bagi perawatan sebelum kehamilan. Peneliti menekankan pentingnya menghindari faktor lingkungan yang merugikan selama kehamilan dan setelah kelahiran.
Mereka juga menyoroti peran potensial mikrobiota usus sebagai target untuk pencegahan dan pengobatan autisme pada masa depan. Meskipun temuan ini memberikan informasi yang berharga, perlu dicatat bahwa penelitian pada manusia masih diperlukan untuk mengonfirmasi hubungan antara konsumsi kafein selama kehamilan dan risiko autisme pada anak.
Namun demikian, para ilmuwan menekankan pentingnya kesadaran akan dampak potensial dari kebiasaan makan dan minum selama kehamilan terhadap perkembangan anak. Temuan terbaru ini dipublikasikan di jurnal Ecotoxicology and Environmental Safety.