Senin 18 Mar 2024 19:33 WIB

Teknologi Modifikasi Cuaca Disiagakan pada Pelaksanaan Mudik Lebaran

BMGK memprediksi hujan masih akan turun pada periode mudik Lebaran 2024.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Friska Yolandha
Sejumlah kendaraan melintas di Jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) Majalengka, Jawa Barat, Sabtu (23/12/2023). Untuk mengurai kepadatan kendaraan pada puncak arus mudik Natal 2023, Korlantas Polri memberlakukan sistem lawan arah (Contra Flow) di jalan tol Cipali.
Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Sejumlah kendaraan melintas di Jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) Majalengka, Jawa Barat, Sabtu (23/12/2023). Untuk mengurai kepadatan kendaraan pada puncak arus mudik Natal 2023, Korlantas Polri memberlakukan sistem lawan arah (Contra Flow) di jalan tol Cipali.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi pada periode mudik Lebaran 2024 mendatang cuaca masih akan terjadi hujan sedang hingga lebat. Untuk mengantisipasi cuaca ekstrem pada masa mudik, pemerintah menyiagakan operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC).

"Kita siagakan. Saat ini selesai dulu (operasi TMC di Jawa Tengah) sampai tanggal 18 (Maret) ya nanti kita mulai lagi," ucap Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto dalam konferensi pers di Kemenko PMK, Jakarta, Senin (18/3/2024).

Baca Juga

Dia menjelaskan, operasi TMC sudah dilakukan di wilayah terdampak bencana hidrometeorologi di Jawa Tengah hingga hari ini. Di samping itu, pihaknya bersama kementerian dan lembaga lain juga sudah melakukan perbaikan dan penguatan tanggul-tanggul sungai agar tidak kembali jebol di kemudian hari.

“Saat ini sudah dilakukan teknologi modifikasi cuaca dan digalakkan dari teman-teman PUPR untuk memperketat tanggul sungai supaya tidak jebol lagi,” kata dia.

Guswanto mengungkapkan, berdasarkan prediksi, cuaca pada tanggal 5 hingga 11 April masih akan terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Tapi, setelah itu cuaca ekstrem akan berkurang menjadi hujan ringan. 

“Memang saat ini masih ada aktivitas Madden–Julian oscillation sama daerah konvergensi antartropik dan bibit siklon tropis serta siklon tropis Megan. Harapannya, ke depan dalam itu sudah selesai,” jelas dia.

Terkait potensi terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Ida Pramuwardani mengatakan, itu tergantung dari kondisi lingkungan masing-masing wilayah. Jika kondisi lingkungan kurang bagus, maka akan mudah terdampak bencana hidrometeorologi ketika terjadi cuaca ekstrem.

Sebab itu, dia mengingatkan seluruh pihak untum menjaga lingkungan di sekitar agar tidak mudah terdampak bencana ketika terjadi kondisi cuaca ekstrem. Menurut dia, tata kelola lingkungan yang baik juga perlu dilakukan agar bencana hidrometeorologi dapat diantisipasi.

"Jaga lingkungan agar tidak mudah terdampak bencana jika terdapat kondisi cuaca ekstrem. Juga melakukan tata kelola lingkungan yang baik sehingga tidak rentan terhadap bencana hidrometeorologi," jelas dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement