REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meskipun teknologi kecerdasan buatan (AI) telah menjadi hal yang umum dalam kehidupan sehari-hari, terutama dengan kemunculan alat-alat seperti ChatGPT, beberapa keprihatinan muncul terkait dengan kesiapan teknologi ini untuk digunakan secara luas.
Dilansir CNN pada Jumat (15/3/2024), beberapa isu utama yang muncul adalah potensi AI untuk menghasilkan bias atau ketidakakuratan saat merespons pertanyaan atau perintah, serta potensi pelanggaran hak cipta oleh alat AI generatif seperti ChatGPT. Baru-baru ini, kasus-kasus seperti penyebaran gambar-gambar pornografi yang dihasilkan oleh AI dan peniruan suara AI menjadi sorotan utama, yang menyoroti dampak negatif teknologi kecerdasan buatan.
Presiden Joe Biden telah mengajukan seruan untuk mengesahkan undang-undang yang mengatur kecerdasan buatan, termasuk larangan peniruan suara AI. Hal itu sebagai upaya melindungi masyarakat dari potensi kerusakan yang bisa ditimbulkan oleh teknologi ini, jika tidak dikendalikan karena kondisi tertentu.
Namun, upaya untuk mengatur AI menemui tantangan, terutama dalam menghadapi resistensi dari industri teknologi besar yang terus mengembangkan dan memperkenalkan fitur-fitur baru yang menarik konsumen dan bisnis. Meskipun demikian, ratusan pakar kecerdasan buatan, ilmuwan komputer, dan ahli hukum telah menyuarakan keprihatinan mereka. Mereka menyerukan perubahan kebijakan dan penegakan evaluasi independen untuk penerapan AI secara massal.
Dalam konteks ini, peneliti AI dan pembuat kebijakan menekankan pentingnya memahami keterbatasan dan risiko dalam penggunaan teknologi yang masih berkembang ini. Meskipun alat AI seperti ChatGPT dan Gemini menegaskan kesiapan mereka untuk diadopsi secara massal, mereka juga menyoroti tantangan etika, sosial, dan regulasi yang perlu diatasi.
Ketika ditanya apakah mereka siap untuk diadopsi secara massal, AI memberikan jawaban yang beragam. Meskipun ada keyakinan akan potensi AI untuk memberikan manfaat, ada juga pengakuan terhadap tantangan besar yang perlu diatasi, termasuk kekhawatiran akan bias dalam data pelatihan dan risiko penggunaan yang tidak bertanggung jawab.
Namun, meskipun ada keprihatinan yang cukup serius, perusahaan-perusahaan teknologi terus mengembangkan dan memperkenalkan fitur-fitur baru menggunakan teknologi AI. Meskipun begitu, para pengguna diharapkan memahami keterbatasan dan tantangan yang terkait dengan penggunaan produk AI generatif yang masih dalam tahap pengembangan ini.