Jumat 15 Mar 2024 20:21 WIB

BRIN Teliti Fenomena Matahari Mulai dari Bintik Hitam Hingga Gerhana

BRIN juga meneliti filamen matahari atau umum dikenal sebagai lidah api matahari.

Gambar detail bintik matahari.
Foto: NSO/AURA/NSF
Gambar detail bintik matahari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan berbagai penelitian terhadap berbagai fenomena yang muncul pada matahari untuk mengetahui seberapa besar dampak perubahan yang dialami oleh bintang tata surya tersebut bagi planet bumi. Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN Johan Muhamad mengatakan tahun ini pihaknya ada penelitian mengenai pergerakan bintik matahari.

"Di matahari ada bintik hitam yang kami sebut sebagai sun spot. Bintik itu mengalami perubahan tentang kemunculan dan juga kecepatan pergerakannya," kata Johan melalui dialog bertajuk 'Riset Matahari dan Aktivitasnya' yang dipantau di Jakarta, Jumat (15/3/2024).

Baca Juga

BRIN mengkaji fenomena bintik matahari tersebut menggunakan peralatan yang sudah terpasang di salah satu balai pengamatan yang terletak di Jawa Timur. Fasilitas balai pengamatan itu telah melakukan pengamatan bintik matahari selama puluhan tahun dan masih berlangsung hingga saat ini.

Selain meneliti bintik matahari, lanjutnya, BRIN juga meneliti filamen matahari atau umum dikenal sebagai lidah api matahari. Kemunculan lidah api matahari kadang bisa terlepas dan meledak hingga menimbulkan efek ke bumi.

"Kami mengkaji lidah api tersebut dari mulai evolusinya, pembentukannya sampai karakteristiknya, sehingga kita bisa mengetahui seperti apa filamen yang berbahaya bagi bumi," kata Johan.

BRIN juga memiliki proyek kajian mengenai penjalaran lontaran massa korona matahari. Korona merupakan lapisan atmosfer paling atas matahari yang terdiri dari gas. Suhu korona bisa ratusan kali lebih panas dibandingkan suhu permukaan matahari.

Medan korona dapat menyebar ke luar angkasa dan memunculkan angin matahari yang bergerak melalui tata surya, bahkan efeknya bisa sampai ke bumi. Ilmuwan mempelajari dampak fenomena itu dengan memprediksi arah komponen medan magnet.

Lebih lanjut Johan menuturkan saat ini proyek kajian BRIN yang juga masih berjalan adalah tentang gerhana matahari.

Pada 20 April 2023 gerhana matahari hibrida terjadi di Indonesia, terutama wilayah timur, berupa penampakan gerhana matahari total. BRIN melalukan ekspedisi pengamatan gerhana matahari total tersebut dan menghasilkan banyak data.

"Kami bekerja sama dengan Institut Teknologi Sumatera (Itera) mengkaji bentuk-bentuk korona matahari yaitu lapisan terluar dari atmosfer matahari yang bentuknya itu dapat menjadi penanda siklus matahari," ujar Johan.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement