Jumat 01 Mar 2024 15:06 WIB

Mahasiswa ITS Modifikasi Aspal Gunakan Serabut Kelapa dan Lumpur Lapindo

Inovasi tersebut dimaksudkan untuk mengantisipasi kecelakaan lalu lintas.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Ani Nursalikah
Pekerja melakukan pengaspalan saat perawatan dan perbaikan jalan provinsi Kendal - Temanggung di Mangunsari, Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (6/12/2023). Perbaikan jalan dilakukan oleh Balai Pengelolaan Jalan Wilayah Magelang guna memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengguna jalan khususnya saat arus mudik Natal dan Tahun Baru 2024 mendatang.
Foto: Antara/Anis Efizudin
Pekerja melakukan pengaspalan saat perawatan dan perbaikan jalan provinsi Kendal - Temanggung di Mangunsari, Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (6/12/2023). Perbaikan jalan dilakukan oleh Balai Pengelolaan Jalan Wilayah Magelang guna memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengguna jalan khususnya saat arus mudik Natal dan Tahun Baru 2024 mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Mahasiswa Departemen Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang tergabung dalam Tim Reswara 64 menginisiasi ide modifikasi pembuatan laston lapis aus untuk menambah kekuatan dan kekesatan jalan aspal. Inovasi tersebut dimaksudkan untuk mengantisipasi kecelakaan lalu lintas yang seringkali disebabkan oleh keadaan jalan licin, karena tingkat kekesatan aspal yang rendah.

Ketua tim Reswara 64 Bahrul Ilmi Mubarak mengatakan ide ini juga didasarkan adanya bahan penyusun aspal yang pada umumnya dapat menyumbangkan emisi yang cukup besar. "Jadi kami menginovasikan penggunaan limbah serat kelapa sawit dan lumpur panas Sidoarjo sebagai bahan tambahan penyusun lapisan aspal," kata Bahrul, Jumat (1/3/2024).

Baca Juga

Bahrul menjelaskan, emisi yang dihasilkan jalan berbahan aspal dapat berasal dari beberapa tindakan atau kejadian pada fisik jalan aspal itu sendiri. Contohnya, ketika permukaan jalan aspal terkena paparan radiasi matahari, yang dapat meningkatkan lonjakan produksi gas karbon dioksida (CO2) sebanyak tiga kali lipat.

"Proses pemeliharaan dan perkerasan pada jalan aspal juga turut menyumbang emisi yang cukup besar," ujar mahasiswa angkatan 2021 tersebut.

Bahrul menjelaskan, inovasi modifikasi jalan aspal ini dilakukan dengan menambahkan sejumlah bahan yang dapat meningkatkan kualitas jalan, serta mengurangi emisi yang dihasilkannya. Bahan pertama merupakan aerogel yang berasal dari sintesis silikon dioksida (SiO2) hasil ekstraksi lumpur panas Sidoarjo. Aerogel ini memiliki kemampuan dalam menyerap gas CO2.

Bahan selanjutnya adalah besi(III) oksida (Fe2O3) hasil ekstraksi lumpur panas sebagai modifikasi pigmen aspal. Senyawa ini dinilai dapat menurunkan suhu jalan aspal. Terakhir, penambahan split mastic dengan aditif serat kelapa sawit untuk meningkatkan nilai kekesatan jalan dan kemampuan jalan menyerap air.

"Jadi hasil modifikasi pada lapis aus ini dapat turut berperan meningkatkan umur teknis aspal," ucap Bahrul.

Bahrul mengungkapkan, timnya akan menjalin kerja sama dengan beberapa pihak untuk pengaplikasian inovasi ini. Di antara dengan Lapindo Brantas Inc untuk penggunaan lumpur panas yang dibutuhkan.

Selain itu, kerja sama juga dilakukan dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk proses penelitian lebih lanjut terkait modifikasi aspal. Kerja sama juga dilakukan dengan PT Sinar Mas Agro untuk pengelolaan limbah serat kelapa sawit.

"Semoga inovasi ini bisa dikembangkan lebih jauh lagi dengan riset mendalam dan peninjauan dari berbagai aspek fungsional," ujar Bahrul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement