Rabu 28 Feb 2024 19:10 WIB

Sebelum Aaron Bushnell, Aksi Bakar Diri Telah Dilakukan Sejak Beberapa Dekade Lalu

Aksi bakar diri berperan dalam dimulainya gelombang revolusi unjuk rasa Arab Spring.

Rep: Shelbi Asrianti / Red: Friska Yolandha
Seorang pria mengangkat foto mendiang penerbang AS Aaron Bushnell meninggal karena luka-lukanya setelah membakar dirinya di luar kedutaan Israel di Washington DC sambil meneriakkan bebaskan Palestina.
Foto: EPA-EFE/ALAA BADARNEH
Seorang pria mengangkat foto mendiang penerbang AS Aaron Bushnell meninggal karena luka-lukanya setelah membakar dirinya di luar kedutaan Israel di Washington DC sambil meneriakkan bebaskan Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penerbang Angkatan Udara Amerika Serikat Aaron Bushnell membakar dirinya sendiri di depan Kedutaan Besar Israel di Washington DC, Amerika Serikat, Ahad (25/2/2024). Dia melakukan itu sebagai bentuk protes atas genosida di Palestina.

Sebelum melakukan aksinya, pria berusia 25 tahun yang mengenakan seragam militer itu melakukan siaran langsung di Twitch. Dia mengatakan "tidak mau lagi terlibat dalam genosida" dan meneriakkan "Bebaskan Palestina!" setelah dia membakar dirinya sendiri.

Baca Juga

Bushnell sempat dilarikan ke rumah sakit, namun akhirnya meninggal dunia. Apa yang dilakukan Bushnell merupakan aksi protes terhadap invasi Israel di Gaza, Palestina, yang hingga kini masih berlangsung.

Serangan Israel ke Palestina sejak akhir Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 29 ribu warga Palestina, namun jumlah korban jauh lebih besar sejak awal masa pendudukan. Sementara, dalam beberapa tahun terakhir, diketahui bantuan militer AS ke Israel berjumlah sekitar 3,3 miliar (Rp 51,89 triliun) per tahun.

Dikutip dari laman NPR, Rabu (28/2/2024), aksi "bakar diri" serupa dengan tindakan Bushnell juga pernah dilakukan selama beberapa dekade terakhir. Langkah itu biasanya bertujuan untuk mengungkapkan keluhan dan menarik perhatian masyarakat global.

"Insiden bakar diri yang mengejutkan dan mengerikan mendapat liputan berita dan terbukti efektif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan berbagai sebab," kata sosiolog Universitas Oxford, Michael Biggs, yang mempelajari aksi protes bunuh diri.

Upaya itu memang terbukti memiliki dampak, dalam hal menarik perhatian publik kepada hal yang hendak disampaikan pelaku. Biggs menjelaskan, protes bunuh diri adalah salah satu cara untuk mengatakan pelakunya benar-benar tertindas. Sebab, jika mereka tidak sengsara dan tertindas, mereka tidak akan rela mati dengan cara yang sangat menyakitkan itu.

Sejarah aksi protes membakar diri terdokumentasikan di berbagai negara. Salah satu aksi paling awal terjadi pada 1963. Seorang biksu Buddha bernama Thich Quang Duc membakar dirinya sendiri di jalanan Saigon, Vietnam, untuk memprotes diskriminasi anti-Buddha yang dilakukan oleh pemerintah Vietnam Selatan.

Pemberitaan mengenai peristiwa tersebut serta foto ikonik yang diambil oleh jurnalis Malcolm Browne menjadikannya sebagai insiden yang diketahui secara global. Bahkan, mendapat perhatian dari Presiden AS ke-35, John F Kennedy.

Beberapa orang di negara-negara Eropa Timur juga melakukan aksi bakar diri untuk memprotes Uni Soviet. Aksi protes serupa pun dilakukan sejumlah orang di India dan Korea Selatan.

Baru-baru ini, sejumlah warga Tibet melakukan aksi bakar diri untuk memprotes kekuasaan Cina atas Tibet. Berdasarkan data kelompok advokasi nirlaba Kampanye Internasional untuk Tibet, Setidaknya 159 warga Tibet telah melakukan aksi bakar diri di Tibet dan Cina sejak 2009.

Aksi bakar diri juga berperan dalam dimulainya....

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement