Kamis 22 Feb 2024 20:40 WIB

Terdengar Dentuman Saat Erupsi Marapi, PVMBG: Lazim Terjadi

Aktivitas Gunung Marapi sampai saat ini masih tinggi didominasi oleh aktivitas erupsi

Mount Marapi spews volcanic material from its crater during an eruption in Agam, West Sumatra, Indonesia, Sunday, Jan. 14, 2024. Dozens of people living on the slopes of Mount Marapi have been evacuated from their homes after Indonesian authorities raised the alert level of of the nearly 2,900-meter (9,480-foot) volcano to the second highest as it continues to erupt.
Foto: AP Photo/Givo Alputra
Mount Marapi spews volcanic material from its crater during an eruption in Agam, West Sumatra, Indonesia, Sunday, Jan. 14, 2024. Dozens of people living on the slopes of Mount Marapi have been evacuated from their homes after Indonesian authorities raised the alert level of of the nearly 2,900-meter (9,480-foot) volcano to the second highest as it continues to erupt.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menegaskan masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan ketika mendengar suara gemuruh dan dentuman di sekitaran puncak gunung Marapi yang mengalami erupsi. Ketua Tim Tanggap Darurat Marapi dari PVMBG Devy Kamil Syahbana mengatakan erupsi Marapi yang terjadi berbarengan dengan gempa tektonik serta adanya getaran dan semburan api di Kawah Verbeek Gunung Marapi merupakan hal yang lazim.

"Aktivitas Gunung Marapi sampai saat ini masih tinggi didominasi oleh aktivitas erupsi atau yang berupa letusan maupun hembusan," katanya, Kamis (22/2/2024).

Baca Juga

Dalam beberapa hari terakhir ini, katanya, ada fluktuasi tapi dalam tingkatan aktivitas yang tinggi.

Pihaknya juga masih mendeteksi adanya gempa yang mengindikasikan pergerakan dari magma di bawah permukaan, sehingga potensi untuk terjadinya erupsi masih sangat memungkinkan.

Ia mengatakan gempa tektonik dengan lokasi berbeda di struktur atau sesar yang berada di sekitar Marapi dan untuk erupsi sifatnya tidak langsung berkaitan satu sama lainnya.

"Namun seperti kita ketahui bahwa aktivitas yang tinggi seperti sekarang ini magma sudah dekat dengan permukaan, sehingga guncangan dari gempa bisa memicu terjadinya erupsi," katanya.

Ia menegaskan yang menentukan tinggi rendahnya aktivitas gunung api ditentukan oleh seberapa aktif pergerakan magma di bawah perut gunung.

"Jadi kalau misalnya masyarakat saat merasakan getaran gempa, kemudian terjadi erupsi, ia adalah dua proses yang boleh jadi berkaitan dalam hal ini, misalnya tektonik yang memicu terjadinya erupsi. Tetapi di sisi lain erupsi yang terjadi bukan energinya datang dari gempa tektonik, tapi dari pergerakan magma itu sendiri yang memang sudah saat ini berada di dekat dengan permukaan," katanya.

Fenomena itu, menurut dia, lazim terjadi seperti di 2006 ketika gempa Jogja di mana Merapi saat itu dengan kondisi aktivitas tinggi, maka gempa-gempa bisa mengamplifikasi atau memicu terjadinya erupsi.

"Tapi pada dasarnya erupsi itu sendiri energinya datang dari mana-mana. Jadi kalau gempa tektonik itu terjadi, namun gunung api tersebut sedang normal, tidak ada aktivitas magmatik yang tinggi, tidak akan terjadi erupsi, ini contohnya seperti di Aceh 2004," kata Devy Kamil.

Menurut dia, suara dentuman dan gemuruh pada erupsi gunung api adalah hasil dari tekanan yang sangat besar yang dihasilkan sehingga itu bisa didengar oleh masyarakat.

"Jadi pada fase erupsi masyarakat yang mendengar dentuman dan gemuruh tidak perlu khawatir selama mereka masih berada di luar kawasan yang direkomendasikan yakni 4,5 kilometer," sebutnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement