Kamis 22 Feb 2024 14:23 WIB

Peristiwa di Rancaekek Tornado atau Puting Beliung?

Untuk disebut tornado, kecepatan anginnya mencapai 70 km per jam.

Rep: Santi Sopia/M Fauzi Ridwan/ Red: Friska Yolandha
Angin Puting Beliung di wilayah Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat
Foto:

Sebelumnya Prof Eddy menjelaskan fenomena di Rancaekek tidak bisa serta merta disebut sebagai tornado. Ada banyak faktor yang harus ditelaah untuk mengukur fenomena tersebut. 

"Jangan latah. Iya betul kalau dikatakan tornado mungkin cucunya, baby tornado, ini puting beliung. Kalau tornado bandingkan dengan Amerika, Jepang, gak hanya satu titik kecil dan selalu berhadapan dengan lautan lepas, siklon Seroja, Cempaka, Dahlia. Jadi ini masih tegolong bukan tornado. Ini jauh dari siklon tropis kok disebut tornado," kata Prod Eddy.

Fenomena itu hanya bisa dijelaskan menggunakan pengetahuan tentang gelombang atmosfer Equatorial Rossby (ER), Kelvin, Mixed Rossby Gravity (MRG) dan kombinasi ketiganya. Dugaannya, ER itu tidak kecil, gelombang-gelombang itu kecil dan yang paling besar adalah residual atau sisa dari gelombang itu. 

Residual total inilah yang mendominasi, jadi bukan karena ER, Kelvin, atau MRG. Indikasinya kita tertarik dengan namanya evolusi. Saat terjadi fenomena di Rancaekek, banyak awan besar. Kalau hanya satu awan saja, tidak mungkin bisa membuat satu putaran.

Prof Eddy menilai bahwa itu kumpulan awan Cumulonimbus (Cb) atau terbentuk sistem konvektif skala besar atau Mesoscale Convective Systems (MCS). Dia melihat kawasan Rancaekek karena lokasinya di tengah-tengah, maka mendapatkan pemanasan lebih. Otomatis kawasan itu menjadi pusat tekanan rendah, yang mengakibatkan semua massa uap di wilayah tetangganya tersedot.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Wilayah tetangga itu seperti Tasikmalaya, Purwakarta, Pamanukan. Intinya, semua menuju pusat tekanan rendah, sehingga pada saat itulah angin terbentuk pusaran. 

Pada dasarnya, Prof Eddy juga menambahkan hanya radar BMKG yang bisa mendeteksi fenomena tersebut. Jika dibuat simulasi kembali, rekonstruksi, pahami meknisme, sumber utama berasal dari mana, kenapa bisa terjadi, perhatikan uap air dan sebagainya.

"Indonesia bebas dari tornado hanya tidak bebas dari cucunya ini, yang kecil bandel, dan susah diprediksi, nakal lagi," kata dia menambahkan. 

Sementara itu, BMKG Bandung mengungkapkan peristiwa yang terjadi di Rancaekek, Rabu (21/2/2024) sore merupakan puting beliung atau small tornado. Hal itu berdasarkan kecepatan angin berputar dan dampak yang ditimbulkan.

 

Kepala BMKG mengatakan....

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement