REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan di dekat Oxford, Inggris, telah berhasil mencetak rekor energi fusi nuklir. Ini menjadi sebuah langkah yang membawa dunia ke arah sumber energi bersih dan tak terbatas.
Para ilmuwan menggunakan Joint European Torus (JET) untuk mempertahankan rekor energi fusi sebesar 69 megajoule selama lima detik, hanya menggunakan 0,2 miligram bahan bakar. Ini merupakan langkah besar menuju memanfaatkan energi fusi sebagai sumber listrik yang berkelanjutan.
Fusi nuklir, proses yang sama yang menggerakkan matahari, dianggap sebagai sumber energi bersih karena tidak menghasilkan karbon yang berkontribusi pada pemanasan global. Para ilmuwan memberi makan mesin tokamak dengan deuterium dan tritium, varian hidrogen yang mungkin akan digunakan oleh pabrik fusi komersial di masa depan.
Dalam eksperimen ini, tim ilmuwan meningkatkan suhu di dalam mesin hingga 150 juta derajat Celsius, sekitar 10 kali lebih panas dari inti matahari. Ini memaksa deuterium dan tritium menyatu dan membentuk helium, melepaskan panas dalam jumlah besar. Tokamak dilapisi dengan magnet kuat yang menahan plasma, panasnya kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik.
Rekor baru ini merupakan tonggak penting dalam pengembangan energi fusi, yang telah menjadi tujuan ilmuwan selama beberapa dekade. ITER (tokamak terbesar di dunia yang sedang dibangun di Perancis selatan) dan DEMO (mesin yang direncanakan untuk menghasilkan jumlah energi yang lebih tinggi) menjadi fokus berikutnya. Meskipun energi fusi memiliki potensi besar untuk menangani krisis iklim, teknologi ini masih membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dikomersialkan.
“Demonstrasi sukses kami mengenai skenario operasional mesin fusi masa depan seperti ITER dan DEMO, yang divalidasi oleh catatan energi baru, menanamkan kepercayaan yang lebih besar dalam pengembangan energi fusi,” kata CEO dari EUROfusion (konsorsium yang terdiri dari 300 ahli di balik eksperimen tersebut), Ambrogio Fasoli, dilansir //CNN//, Jumat (9/2/2024).
Para ilmuwan mengakui bahwa masih banyak tantangan teknis dan material yang harus diatasi sebelum energi fusi dapat digunakan secara luas. Namun, mereka optimis bahwa dengan investasi yang meningkat dan kemajuan nyata yang telah dicapai, teknologi ini dapat menjadi bagian integral dari solusi perubahan iklim di paruh kedua abad ini.
“Ini adalah hasil ilmiah yang luar biasa, namun kita masih jauh dari fusi komersial. Membangun pembangkit listrik fusi juga memiliki banyak tantangan teknis dan material,” ujar peneliti fusi nuklir di University of Manchester, Aneeqa Khan.
Pencapaian ini juga datang pada saat yang penting dalam perubahan iklim global. Sementara dunia telah melampaui ambang batas pemanasan global sebesar 1,5 derajat Celcius, para ilmuwan menekankan urgensi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan beralih ke sumber energi bersih seperti fusi nuklir untuk mengatasi krisis iklim yang semakin memburuk.