Selasa 30 Jan 2024 18:04 WIB

Elon Musk: Chip Otak Neuralink Telah Ditanamkan pada Manusia 

Pasien penerima chip telah masuk masa pemulihan pascaoperasi.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Friska Yolandha
  US tech entrepreneur Elon Musk, owner of Tesla, SpaceX and X, speaks as he attends the third day of the Atreju 2023 political festival in the gardens of Castel Sant
Foto: EPA-EFE/ANGELO CARCONI
US tech entrepreneur Elon Musk, owner of Tesla, SpaceX and X, speaks as he attends the third day of the Atreju 2023 political festival in the gardens of Castel Sant

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Co-founder Neuralink, Elon Musk, mengatakan pasien manusia pertama menerima implan otak Neuralink. Prosedur tersebut tampaknya berhasil. Dilansir Engadget, Selasa (30/1/2024), Musk mengatakan bahwa pasien tersebut “sedang pulih dengan baik” satu hari setelah operasi. 

Neuralink, yang bertujuan untuk menciptakan antarmuka-antarmuka otak-komputer (BCI), mulai merekrut pasien-pasien manusia untuk uji klinis pertamanya pada musim gugur lalu setelah mendapat lampu hijau dari FDA. Pada saat itu, Neuralink mengatakan bahwa orang yang menderita quadriplegia akibat cedera tulang belakang leher atau amyotrophic lateral sclerosis (ALS)” mungkin memenuhi syarat untuk penelitian ini. 

Baca Juga

“Tujuan awal BCI kami adalah memberi orang kemampuan untuk mengendalikan kursor komputer atau keyboard hanya dengan menggunakan pikiran mereka,” tulis perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.  

“Manusia pertama menerima implan dari @Neuralink kemarin dan dalam masa pemulihan dengan baik. Hasil awal menunjukkan deteksi lonjakan neuron yang menjanjikan,” tulis Elon Musk di X melalui akun @elonmusk. 

Musk tidak membagikan rincian-rincian lain tentang prosedur atau status uji coba tersebut. Dia mengatakan bahwa “hasil-hasil awal menunjukkan deteksi lonjakan neuron yang menjanjikan”. 

Keberhasilan menanamkan perangkatnya ke pasien manusia akan menjadi tonggak penting bagi perusahaan, yang diklaim Musk suatu hari nanti dapat memungkinkan orang untuk merasakan realitas alternatif. Perusahaan tersebut juga menghadapi penyelidikan federal karena diduga melanggar undang-undang kesejahteraan hewan. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement