Ahad 28 Jan 2024 13:13 WIB

Studi: Gen Z Justru Lebih Jarang Pakai AI untuk Pekerjaan Dibandingkan Gen X dan Milenial

Pemanfaatan AI di dunia kerja lebih banyak dilakukan pekerja yang berusia lebih tua.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Friska Yolandha
Gen Z justru lebih jarang memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan produktivitas pekerjaan dibandingkan generasi yang lebih tua seperti Gen X dan Milenial.
Foto: www.freepik.com
Gen Z justru lebih jarang memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan produktivitas pekerjaan dibandingkan generasi yang lebih tua seperti Gen X dan Milenial.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gen Z dikenal sebagai generasi yang sangat melek teknologi. Namun siapa sangka, Gen Z justru lebih jarang memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan produktivitas pekerjaan dibandingkan generasi yang lebih tua seperti Gen X dan Milenial.

Fakta ini diungkapkan dalam sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Ernst & Young bersama dengan kelompok peneliti pihak ketiga. Studi ini melibatkan 1.000 orang pekerja yang berstatus sebagai pegawai tetap dan pegawai paruh waktu dari berbagai kelompok usia.

Baca Juga

Hasil studi menunjukkan bahwa pemanfaatan AI dalam dunia kerja lebih banyak dilakukan oleh pekerja yang berusia lebih tua. Studi ini mengungkapkan bahwa 74 persen responden Milenial (kelahiran 1981-1996) dan 70 persen responden Gen X (kelahiran 1965-1980) menggunakan perangkat AI seperti ChatGPT dalam pekerjaan mereka.

Di sisi lain, responden Gen Z (kelahiran 1997-2005) yang menggunakan AI dalam pekerjaan mereka berkisar di angka 63 persen. Temuan bahwa Gen Z lebih jarang menggunakan AI dibandingkan generasi yang lebih tua ini dinilai cukup mengejutkan.

Menurut tim peneliti, ada beberapa alasan yang membuat Gen Z lebih jarang menggunakan AI dibandingkan generasi lebih tua. Bila dibandingkan Gen X dan Milenial, Gen Z tidak begitu meyakini bahwa AI dapat memberikan nilai tambah yang nyata di dalam pekerjaan.

"Kepercayaan terhadap AI bukan hanya soal keamanan dan perlindungan, tetapi apakah teknologi tersebut bisa benar-benar bekerja," ujar jelas cultural insights leader dari Ernst & Young, Marcie Merriman, seperti dilansir Business Insider pada Ahad (28/1/2024).

Alasan lainnya, tingkat rasa kenyamanan untuk menerapkan teknologi baru di antara Gen Z dan generasi yang lebih tua cenderung berbeda. Menurut tim peneliti, Gen Z tumbuh besar dikelilingi dengan teknologi mutakhir. Ketika mereka melihat AI tidak dapat bekerja secara optimal, mereka bisa dengan cepat mengalihkan perhatian ke teknologi lainnya.

Meski begitu, bukan berarti Gen Z antipati terhadap penggunaan AI dalam pekerjaan. Seorang Gen Z berusia 20 tahun, Morgan Young, mengungkapkan bahwa dia kerap menggunakan ChatGPT untuk melakukan beberapa riset dan brainstorm atau bertukar pikiran saat mengembangkan proposal untuk diajukan ke beberapa brand. Young menilai cara ini cukup menghemat banyak waktu dan bisa membuat konten yang dia buat menjadi lebih baik. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement