Selasa 16 Jan 2024 01:18 WIB

Puluhan Tahun Menjadi Mimpi, Kapan Tenaga Fusi Nuklir Bisa Benar-Benar Terwujud?

Selama tiga perempat abad, ilmuwan berupaya mengembangkan generator fusi.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Friska Yolandha
Bagian dalam reaktor fusi tokamak.
Foto: Space
Bagian dalam reaktor fusi tokamak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tenaga fusi nuklir telah lama menjadi mimpi bagi banyak ilmuwan di berbagai penjuru dunia. Namun setelah berusaha mengembangkan generator fusi selama puluhan tahun, mimpi ini belum bisa terwujud.

Tenaga fusi nuklir mulai menjadi mimpi bagi banyak ilmuwan setelah mereka menemukan bahwa atom-atom kecil bisa "dibenturkan" untuk membuat atom yang lebih besar dan menghasilkan energi. Sebagian orang ingin mengembangkan energi tersebut menjadi senjata, sedangkan sebagian lainnya ingin mengembangkannya menjadi sumber energi listrik yang bersih dan efisien.

Baca Juga

Sayangnya, proses untuk menghasilkan tenaga fusi ini tidaklah mudah, bahkan terbilang sangat rumit. Selama tiga perempat abad, para ilmuwan telah berupaya mengembangkan generator fusi dan berhasil meraih perkembangan yang luar biasa. Meski begitu, perjalanan untuk mewujudkan tenaga fusi nuklir masih panjang.

Tantangan utama yang kerap dihadapi oleh para ilmuwan adalah menciptakan reaksi yang lambat dan terkontrol saat penggabungan dua inti atom (fusi) dilakukan. Dengan begitu, para ilmuwan bisa mengekstraksi energi yang dapat dimanfaatkan dari reaksi tersebut.

Di era moderen, ada dua pendekatan utama yang kerap digunakan oleh ilmuwan untuk mencoba menciptakan tenaga fusi nuklir. Salah satunya adalah proses bernama inertial confinement atau kurungan inersia.

Pendekatan ini dilakukan dengan cara menembakkan sejumlah laser pada target yang kecil sampai target tersebut meledak dan memicu reaksi fusi yang singkat.

Pendekatan ini pernah dilakukan oleh Departemen Energi dari National Ignition Facility (NIF). NIF memang berhasil memeroleh lebih banyak energi melalui pendekatan ini. Akan tetapi, jumlah energi yang dihasilkan melalui percobaan mereka hanya menghasilkan daya listrik yang setara dengan 5 sen atau sekitar Rp 49,71.

Belum jelas bagaimana proses ini bisa dikembangkan menjadi pembangkit listrik. Selain itu, NIF juga tidak dirancang untuk menghasilkan listrik.

Pendekatan berikutnya adalah proses berbasis magnetic confinement atau kurungan magnet. Pendekatan ini dilakukan dengan cara menekan medan magnet yang kuat pada plasma hingga memicu proses fusi.

Pendekatan ini digunakan untuk mengembangkan sebuah proyek bernama International Thermonuclear Experimental Reactor (ITER). Saat ini, ITER masih dikembangkan oleh konsorsium penelitian internasional.

Sayangnya, fasilitas untuk pengembangan...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement