REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- China menilai kontrol ekspor produk semikonduktor berupa chip dari Amerika Serikat ke China adalah penindasan ekonomi. AS telah memperketat kontrol atas ekspor chip ke China dan sengaja menargetkan industri semikonduktor China atas nama keamanan nasional.
"Ini adalah penindasan ekonomi yang nyata," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning di Beijing pada Senin (8/1/2024).
Semikonduktor menjadi sangat dibutuhkan dalam pengembangan industri berbasis teknologi.
Pada Agustus 2022, pemerintah Amerika Serikat memberlakukan kebijakan CHIPS and Science Act yaitu pengucuran 52,7 miliar dolar AS untuk pembangunan pabrik, insentif, biaya riset dan pengembangan teknologi demi menekan biaya produksi chip di dalam negeri, menciptakan lapangan pekerjaan, dan membangun rantai pasok secara mandiri di AS.
"Kontrol ekspor semikonduktor AS terhadap China merupakan praktik diskriminatif yang melanggar prinsip most-favored-nation yang diatur dalam Pasal 1 General Agreement on Tariffs and Trade (GATT)," kata Mao.
Memasukkan perusahaan peralatan telekomunikasi China pada daftar hitam dan melarang peralatan telekomunikasi buatannya memasuki pasar AS atas nama melindungi keamanan siber adalah pelanggaran terhadap prinsip pembatasan kuantitatif yang diatur dalam Pasal 11 GATT, kata Mao.
Mao menilai AS menggunakan keamanan nasional sebagai alasan untuk membatasi ekspor chip ke China. Namun tindakan yang dilakukan jelas tidak termasuk keamanan nasional.
"Nvidia RTX 4090 adalah kartu grafis biasa untuk penggemar video game. Namun perusahaan tersebut terpaksa menarik produknya dari pasar China karena kontrol ekspor AS," kata Mao.
Mao menilai AS mengincar industri chip China bukan karena alasan keamanan nasional. "Ini adalah intimidasi sepihak tanpa prinsip atau dasar yang melanggar hak negara-negara berkembang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik bagi rakyatnya," tambah Mao.
Dia menganggap AS merusak suasana kerja sama internasional dan memicu konfrontasi.
"Tindakan egois ini pasti akan menjadi bumerang," kata Mao.
Rantai produksi semikonduktor meliputi beberapa negara produsen karena masing-masing negara memiliki spesialisasi peran. Misal, AS berperan sebagai membuat mesin-mesin untuk memproduksi chip, membuat perangkat lunak dan mendesain chip.
Jepang memegang peran industri pengolahan bahan baku, yaitu silikon maupun industri kimia untuk produksi chip. Selanjutnya Belanda, Taiwan dan Korea Selatan fokus pada pembuatan chip menjadi produk akhir agar siap dilekatkan pada perangkat elektronik.
China lebih memosisikan diri sebagai pasar dan perakit terbesar chip untuk disalurkan ke seluruh dunia sekaligus memenuhi berbagai kebutuhan dalam negeri.
AS mengajak Belanda dan Jepang untuk menghambat akselerasi teknologi nano di China dengan mengajak menghentikan ekspor komoditas yang berkaitan dengan semikonduktor ke China. Taiwan juga ikut diajak AS karena menjadi salah satu lokasi kunci rantai pasok cip global dengan 92 persen semikonduktor ukuran kurang dari 10 nanometer diproduksi di Taiwan.