Rabu 03 Jan 2024 15:26 WIB

NASA Deteksi Ledakan Energi Terkuat dari Matahari dalam 6 Tahun pada Malam Tahun Baru

NASA terakhir kali mengamati suar sekuat ini pada 10 September 2017.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Friska Yolandha
Solar Dynamics Observatory NASA menangkap gambar jilatan api matahari – seperti yang terlihat pada kilatan terang di paling kiri – pada 31 Desember 2023. Gambar tersebut menunjukkan bagian dari sinar ultraviolet ekstrem yang menyoroti material yang sangat panas dalam jilatan api, yaitu diwarnai dengan warna kuning dan oranye.
Foto: NASA
Solar Dynamics Observatory NASA menangkap gambar jilatan api matahari – seperti yang terlihat pada kilatan terang di paling kiri – pada 31 Desember 2023. Gambar tersebut menunjukkan bagian dari sinar ultraviolet ekstrem yang menyoroti material yang sangat panas dalam jilatan api, yaitu diwarnai dengan warna kuning dan oranye.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- NASA baru-baru ini melaporkan deteksi ledakan energi matahari terkuat sejak 2017, yang terjadi pada Malam Tahun Baru dan memiliki potensi 25 persen untuk mengganggu satelit dan sistem GPS. Pesawat milik badan antariksa Amerika tersebut berhasil mendeteksi energi yang dilepaskan dari matahari, yang mengirimkan gelombang ke Bumi. Terdapat risiko pemadaman radio yang dikaitkan dengan kejadian ini pada Selasa (2/1/2024) waktu AS.

Rekaman dari pengamatan NASA menunjukkan wilayah bercahaya di matahari, yang menjadi lebih terang sebelum meledak dan melepaskan suar X5 (tingkat tertinggi dari skala letusan matahari). Menurut EarthSky, ada perkiraan 99 persen kemungkinan flare kelas C kecil, 60 persen kemungkinan flare M, dan 25 persen kemungkinan flare X yang dapat mengganggu frekuensi radio yang digunakan oleh GPS dan satelit.

Baca Juga

NASA menyatakan bahwa terakhir kali mereka mengamati suar sekuat ini pada 10 September 2017, ketika suar mencapai tingkat X8.2 dan menyebabkan pemadaman radio selama berjam-jam. Suar tersebut diklasifikasikan sebagai suar X5.0, dengan kelas X menunjukkan tingkat intensitas tertinggi.

"Suar matahari adalah semburan energi yang sangat kuat. Flare dan letusan matahari dapat berdampak pada komunikasi radio, jaringan tenaga listrik, sinyal navigasi, dan menimbulkan risiko bagi pesawat ruang angkasa dan astronot," kata NASA dalam pengumumannya, dilansir Daily Mail, Rabu (3/1/2024).

Meskipun National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) memastikan bahwa masyarakat tidak perlu takut, pemadaman listrik di Samudra Pasifik telah dilaporkan sebagai dampak dari ledakan awal radiasi pada 31 Desember 2023. Pusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa (SWPC) NOAA memperkirakan bahwa Bumi akan mengalami badai geomagnetik kecil, gangguan sementara pada magnetosfer Bumi yang disebabkan oleh gelombang kejut angin matahari.

NASA merilis gambar peristiwa tersebut, yang menunjukkan kombinasi warna kuning, oranye, coklat, dan hitam. Badan antariksa tersebut juga memperkirakan bahwa lontaran massa koronal (CME) akan melewati Bumi, yang dapat menyebabkan gangguan pada satelit dan jaringan listrik di Bumi, serta membahayakan astronot yang tidak terlindungi.

Meskipun ledakan energi matahari ini merupakan yang terkuat yang terdeteksi dalam enam tahun terakhir, catatan NASA menunjukkan jilatan api matahari terbesar pernah terjadi pada 2003. Pada 4 November 2003, matahari melepaskan suar X45, yang awalnya diidentifikasi sebagai suar X28. Studi lebih lanjut menetapkan bahwa itu adalah suar X45 yang sangat besar, dengan potensi kerusakan besar pada satelit dan jaringan listrik jika mengarah ke Bumi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement