Kamis 28 Dec 2023 09:58 WIB

Wamenkominfo Dorong Lembaga Pendidikan Kembangkan Panduan AI

Pemanfaatan teknologi AI di kalangan masyarakat akademis menjadi tantangan tersendiri

Wamenkominfo Nezar Patria (dua dari kiri), saat berbicara dalam konferensi pers seminar Latest Developments in Artificial Intelligence: Generative AI, Ethical Considerations, Exploring The Global Experience di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Rabu (27/12/2023).
Foto: Biro Humas Kemenkominfo
Wamenkominfo Nezar Patria (dua dari kiri), saat berbicara dalam konferensi pers seminar Latest Developments in Artificial Intelligence: Generative AI, Ethical Considerations, Exploring The Global Experience di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Rabu (27/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria mendorong lembaga pendidikan Indonesia untuk mengembangkan panduan etika pemanfaatan artificial intelligence (AI/kecerdasan buatan) untuk dunia pendidikan.

“Kominfo sangat mendukung kegiatan lembaga pendidikan dan badan riset yang memberikan perhatian terhadap perkembangan AI. Bagaimanapun teknologi kecerdasan digital bukan barang baru dan kini makin banyak digunakan,” kata Wamenkominfo Nezar dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu (27/12/2023).

Baca Juga

Kementerian Kominfo berkomitmen menjalin kerja sama dengan semua pihak untuk mengembangkan ekosistem AI di Indonesia. “Pengembangan AI masuk menjadi perhatian global dengan mengedepankan manfaat teknologi AI dan di sisi etik meminimalisasi risiko yang ada agar tidak menjadi harmful (berbahaya-red),” tutur Nezar.

Pada 19 Desember 2023, Menkominfo Budi Arie Setiadi mengeluarkan Surat Edaran tentang Etika Kecerdasan Artifisial. Menurut Wamen Nezar Patria, surat edaran itu menjadi pedoman bagi organisasi publik maupun swasta untuk menerapkan kebijakan dan pemanfaatan AI. “Untuk dunia pendidikan, saya mendorong pengembangan panduan etika tersendiri oleh otoritas terkait agar bisa menjadi panduan bagi sivitas akademik,” kata Nezar.

Menurut Wamenkominfo, pemanfaatan teknologi AI di kalangan masyarakat akademis menjadi tantangan tersendiri karena ada asas etik terutama kejujuran dan transparansi. “Bisa bangun regulasi internal sendiri dibantu teknologi yang ada. Misal ada plagiasi, bisa dicek dengan aplikasi yang saat ini sudah ada,” ujar dia.

Dalam konferensi pers, hadir Dekan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada Siti Murtiningsih, VP Strategy Yandex Search Alexander Popovskiy dan Ketua Masyarakat AI Indonesia Lukas. Dekan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada Siti Murtiningsih menyatakan mereka telah melakukan kajian dan riset mengenai pemanfaatan teknologi AI.

“Kami bekerja sama multi-years dengan UNESCO untuk menyusun Panduan Etika AI juga dengan Nottingham University United Kingdom untuk riset bersama mengenai Etika AI,” tutur Siti. Kerja sama itu telah memasuki tahun kedua dalam penyusunan Panduan Etik AI di dunia pendidikan serta pelatihan dan pendidikan bagi guru dari seluruh dunia.

Sementara itu, VP Strategy Yandex Search Alexander Popovskiy menyatakan peluang besar pemanfaatan AI di Indonesia saat ini. “Kami mengapresiasi Indonesia yang telah memberikan perhatian pada pengembangan AI. Dan saat ini kami juga fokus pada pemanfaatan bahasa dan budaya daerah di Indonesia untuk menjadi bagian dari produk layanan kami,” ujar Popovskiy.

Senada, Ketua Masyarakat AI Indonesia Lukas menekankan, perhatian kepada sumber daya manusia Indonesia. Menurutnya, Indonesia harus menguasai teknologi AI dan bisa menggunakan setiap kesempatan yang ada, terutama di dunia pendidikan. “Harus menggugah kesadaran bagaimana menerima teknologi baru dengan kesadaran, tidak hanya konsumtif,” kata dia.

 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement