Senin 11 Dec 2023 14:00 WIB

Jurus Jualan Laris Manis, Apa Itu Story Selling?

Tak hanya fokus berjualan, tapi lebih menekankan pada cerita di balik produk.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Natalia Endah Hapsari
Desainer dan pengusaha Iwet Ramadhan (kiri) menjadi pembicara di kelas solopreneur Semasaqu di Fatmawati City Center, Jakarta Selatan, Ahad (10/12/2023).
Foto: Republika/Shelbi Asrianti
Desainer dan pengusaha Iwet Ramadhan (kiri) menjadi pembicara di kelas solopreneur Semasaqu di Fatmawati City Center, Jakarta Selatan, Ahad (10/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak orang punya gagasan kreatif dan mampu menghasilkan produk barang atau jasa berkualitas, namun kesulitan untuk menjualnya ke khalayak. Wirausahawan Iwet Ramadhan membagikan kiat pemasaran untuk bisa "menjual" dalam dunia kreatif.

"Tidak cukup hanya kreatif saja, tapi harus tahu siapa market dari produk, jasa, atau solusi yang ditawarkan. Setelah tahu market-nya, akan tahu bagaimana cara menjual yang tepat," kata Iwet pada kelas solopreneur Semasaqu di Fatmawati City Center, Jakarta Selatan, Ahad (10/12/2023).

Baca Juga

Rangkaian acara Semasaqu yang berlangsung 8-10 Desember 2023 merupakan kolaborasi antara Bank Saqu dan Semasa. Dalam kesempatan tersebut, Iwet juga menyarankan untuk tidak fokus "berjualan", tapi lebih menekankan pada cerita di balik produk. 

Desainer yang memiliki jenama batik TIKPrive itu punya istilah sendiri terkait strategi tersebut, yakni "story-selling". Sebuah pelesetan dari "storytelling" atau penyampaian cerita, "story-selling" merupakan cara menjual produk kreatif lewat cara membagikan kisah.

Menurut Iwet, konsumen akan jengah jika penjual langsung menyodorkan produk dan mengarahkan ke transaksi. Pria 42 tahun kelahiran Yogyakarta itu lebih menyarankan membangun kedekatan dulu dengan konsumen serta "bercerita" tentang hal-hal di balik produk.

Dia yakin dengan kedekatan dan pengetahuan produk, pada akhirnya tujuan "selling" akan tercapai. Sebab, konsumen tahu bahwa produk yang diinformasikan bisa menjadi solusi bagi kebutuhan mereka. Tentunya, story-selling juga perlu dilengkapi skill untuk menyajikan informasi, termasuk mengemas kata-kata, foto, video, dan lainnya. "Ini bukan hanya tentang menjual produk, tetapi juga tentang cerita dan misi di baliknya," ucap Iwet yang merupakan direktur pengembangan bisnis di salah satu grup media.

Mengawali karier sebagai penyiar radio, Iwet berkembang menjadi sosok yang berkecimpung di banyak bidang kreatif. Dari bisnis fesyen dengan merek Citahariini hingga agensi kreatif, perjalanan Iwet di dunia kreatif membuktikan pentingnya beradaptasi dan mencari solusi inovatif dalam berbagai situasi.

Untuk para solopreneur atau wirausahawan yang baru merintis dan mengelola usahanya secara mandiri, Iwet punya beberapa tips sukses. Dia menganjurkan siapa pun yang merintis usaha supaya disiplin dan fokus dengan hal yang dikerjakan.

Iwet juga berpesan untuk selalu cermat melihat peluang, melihat masalah apa yang ada di sekitar yang bisa dicari solusinya. Selain itu, membangun jaringan juga amat penting. Jangan mengejar orang hanya untuk tujuan berjualan, tapi perlu tulus membangun hubungan baik.

Keseimbangan berbagai aspek kehidupan juga menjadi hal krusial. "Menjadi entrepreneur atau solopreneur ada tiga kekuatannya, yaitu fisik, mental, dan finansial. Tidak bisa dipilih salah satu. Tiga-tiganya harus kuat. Kalau satu 'ambrol', semuanya akan 'ambrol'," tutur Iwet.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement