REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Kiprah para perempuan peneliti Indonesia tentunya tak bisa dipandang sebelah mata. Tahun ini ada empat perempuan yang masing-masing berhasil memenangkan pendanaan riset senilai Rp 100 juta karena mengusung penelitian, dengan memanfaatkan potensi biodiversitas yang menghadirkan berbagai terobosan inovatif di bidang ketahanan pangan dan kesehatan yang berkelanjutan.
Keempat peneliti itu adalah Karlia Meitha, Ph.D. (Institut Teknologi Bandung), Dr. Widiastuti Setyaningsih S.T.P., M.Sc (Universitas Gadjah Mada), Dr. Fitri Aulia Permatasari, M.Eng. (Institut Teknologi Bandung), Pietradewi Hartrianti, S.Farm, M.Farm, Ph.D.(Indonesia International Institute for Life Sciences). Keempat pemenang tersebut
Pendanaan riset itu berasal dari program L’Oréal-UNESCO For Women in Science yang merupakan kerja sama L’Oréal Indonesia dan Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) serta dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang sejak 2004 telah memberikan dukungan pendanaan kepada 71 ilmuwan perempuan di Indonesia.
“Ini menunjukkan bahwa program L’Oréal-UNESCO For Women in Science memberikan dampak positif melalui platform khusus untuk mendorong inovasi dalam kemajuan ilmu pengetahuan, baik dalam kategori life sciences maupun non life sciences. Dukungan fasilitas penelitian, pendanaan, dan lingkungan kerja yang kondusif adalah kunci kesuksesan penelitian. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa perempuan memiliki peran penting dalam menciptakan penelitian yang inovatif, berdampak luas, dan berpotensi mengubah dunia,” ungkap Dr. Itje Chodidjah, M.A., Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dalam siaran pers, Kamis (7/12/2023).
Dukungan ini telah membantu para perempuan peneliti dalam melakukan penelitian dan eksplorasi ilmiah, mendorong inovasi, dan mengatasi tantangan di bidang ilmu pengetahuan. Lebih lanjut, kegiatan L’Oréal-UNESCO For Women in Science dirancang untuk mengakselerasi pertumbuhan jumlah perempuan peneliti di Indonesia.
“Kami percaya bahwa dunia membutuhkan sains dan sains membutuhkan perempuan. Dalam mencapai kesuksesan program For Women in Science di Indonesia, kami sangat bersyukur atas kemitraan kami dengan Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Lebih dari sebatas kemitraan, dengan sinergi ini, kami berkomitmen untuk terus berperan aktif dalam mendorong kenaikan jumlah maupun kapabilitas peneliti perempuan, memajukan dunia sains di Indonesia, dan menjadi katalis lahirnya berbagai inovasi yang akan berguna bagi banyak khalayak,” ungkap Junaid Murtaza, President Director, L’Oréal Indonesia.
Berikut adalah profil empat perempuan peneliti yang dianugerahkan gelar L’Oréal-UNESCO For Women in Science 2023 National Fellows.
● Karlia Meitha, Ph.D., dosen dari Institut Teknologi Bandung
Melalui penelitian ini, Meitha melakukan eksplorasi pengembangan biokontrol untuk mengatasi penyakit pada buah kakao, komoditas vital bagi petani di Indonesia. Biokontrol yang akan dikembangkan terinspirasi dari interaksi alami antara patogen dengan tanaman kakao yaitu komunikasi dengan menggunakan miRNA untuk saling melemahkan satu sama lain.
● Dr. Widiastuti Setyaningsih S.T.P., M.Sc, dosen dari Universitas Gadjah Mada
Berangkat dari keresahan terhadap penurunan kondisi mental masyarakat pasca pandemi COVID-19, Widiastuti memanfaatkan bunga pisang tinggi triptofan sebagai sumber prekursor neurotransmitter serotonin. Penggunaan bunga pisang juga mendukung program ekonomi sirkuler dengan memanfaatkan limbah untuk pembuatan produk yang lebih bermanfaat.
● Pietradewi Hartrianti, S.Farm, M.Farm, Ph.D, dosen dari Indonesia International Institute for Life Sciences
Pietra meneliti material untuk bio-printing, yaitu teknologi yang mencetak jaringan biologis untuk aplikasi seperti skrining obat, fokus pada pengembangan metode dan material untuk pencetakan jaringan buatan inovatif untuk uji obat kanker.
● Dr. Fitri Aulia Permatasari, M.Eng., dosen dari Institut Teknologi Bandung
Pada tahun 2018, Fitri berhasil merancang material karbon kuantum dot (carbon dots) yang memiliki potensi sebagai agen terapi kanker berbasis fototermal. Selama 10 tahun meneliti terkait material carbon dots dan berbagai potensi aplikasinya, Fitri melakukan penelitian lanjutan dengan meneliti tentang penggabungan kurkumin, senyawa yang ditemukan dalam kunyit dan memiliki potensi sebagai agen terapi kanker berbasis fotodinamik.