Selasa 05 Dec 2023 13:51 WIB

Viral Program Tidur Siang di Sekolah, Cocok Diterapkan di Indonesia?

Butuh adanya evaluasi mendalam terkait kebijakan jam tidur siang di sekolah.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Natalia Endah Hapsari
Anak tidur siang (ilustrasi). Kebijakan tidur siang di sekolah itu, di negara-negara Skandinavia itu sudah diterapkan,
Foto: www.freepik.com
Anak tidur siang (ilustrasi). Kebijakan tidur siang di sekolah itu, di negara-negara Skandinavia itu sudah diterapkan,

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), Satriwan Salim memberikan pandangan mendalam terkait program tidur siang di lingkungan sekolah di Sidoarjo, Jawa Timur, yang menyoroti kelebihan, kekurangan, dan tantangan yang mungkin terkait dengan implementasinya. Dia mengungkapkan butuh adanya evaluasi mendalam terkait kebijakan jam tidur siang di lingkungan sekolah.

Satriwan mencatat bahwa kebijakan ini bukan hal baru dan telah diterapkan di negara-negara maju seperti Finlandia, Singapura, Cina, Taiwan, dan negara-negara Skandinavia. Dia mengungkapkan bahwa kebijakan ini muncul sebagai respons terhadap masalah kejenuhan yang sering dirasakan oleh siswa di sekolah.

Baca Juga

“Jam anak banyak terkuras untuk hanya mengerjakan tugas, sehingga anak pun kemudian sulit untuk fokus belajar. Nah, oleh karena itu, kebijakan tidur siang di sekolah itu, di negara-negara Skandinavia itu sudah diterapkan,” kata Satriwan kepada Republika, Senin (4/12/2023).

Satriwan menjelaskan bahwa berbagai studi menunjukkan anak-anak sering merasa jenuh di sekolah. Beberapa faktor penyebabnya termasuk kurangnya variasi metode pengajaran, beban tugas yang berlebihan, dan kurangnya ekosistem pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi anak-anak.

Sekolah sering kali menjadi tempat di mana anak-anak merasa terbebani oleh tugas-tugas yang tidak berujung, sehingga waktu istirahat mereka menjadi terkuras. Satriwan melanjutkan bahwa ekosistem pembelajaran yang kurang menarik dan kurangnya tantangan dalam metode pengajaran dapat menyebabkan anak-anak kehilangan minat dalam belajar.

Selain itu, faktor-faktor seperti kegiatan ekstrakurikuler, tingkat stres, dan faktor sosial di sekolah juga dapat mempengaruhi tingkat kejenuhan siswa. Meskipun banyak literatur mendukung dampak positif jangka pendek dari tidur siang, Satriwan menekankan bahwa hal ini tidak bersifat mutlak dan memerlukan penelitian lebih lanjut.

Dia menyatakan bahwa efek positif dari tidur siang terhadap konsentrasi dan kemampuan kognitif anak tidak bersifat mutlak. Satriwan juga menyoroti tantangan dalam implementasi program tidur siang, seperti penyediaan fasilitas yang nyaman dan perubahan pikiran orang tua terkait manfaat dari kebijakan ini.

Meskipun menunjukkan potensi positif, dia menegaskan perlunya riset yang kuat sebelum kebijakan ini diadopsi secara luas, terutama oleh lembaga pendidikan tinggi yang menghasilkan calon guru, Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). “Saya pikir ini patut dikaji ya lebih mendalam oleh kampus-kampus pendidikan ya, LPTK,” ujar dia.

Dia berpendapat bahwa kebijakan ini dapat menjadi alternatif dalam desain kurikulum nasional, tapi harus didasari oleh penelitian yang komprehensif. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement