Ahad 03 Dec 2023 07:13 WIB

Pelatih Prancis U-17 Akui tak Bisa Manfaatkan Keunggulan Jumlah Pemain

Kesempatan balas Jerman di final Piala Dunia U-17 2023 gagal dimanfaatkan Prancis.

Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi/ Red: Endro Yuwanto
Kesedihan pemain Timnas U17 Perancis usai gagal mengalahkan Timnas U17 Jerman saat pertandingan Final Piala Dunia U17 2023 di Stadion Manahan, Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (2/12/2023). Jerman berhasil memenangkan Piala Dunia U17 untuk pertama kalinya usai mengalahkan Perancis melalui adu pinalti 4-3 (2-2). Jerman pada babak kedua bermain dengan 10 pemain usai Osawe mendapat kartu merah pada menit ke 69.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Kesedihan pemain Timnas U17 Perancis usai gagal mengalahkan Timnas U17 Jerman saat pertandingan Final Piala Dunia U17 2023 di Stadion Manahan, Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (2/12/2023). Jerman berhasil memenangkan Piala Dunia U17 untuk pertama kalinya usai mengalahkan Perancis melalui adu pinalti 4-3 (2-2). Jerman pada babak kedua bermain dengan 10 pemain usai Osawe mendapat kartu merah pada menit ke 69.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Timnas Prancis U-17 gagal menuntaskan dendam di Piala Eropa U-17 2023. Kesempatan membalas Jerman U-17 di partai puncak Piala Dunia U-17 2023 gagal dimanfaatkan Prancis U-17.

Prancis U-17 kembali harus mengakui keunggulan lawannya juga lewat adu penalti. Pelatih Prancis U-17 Jean Luc Vannuchi mengakui tak bisa memanfaatkan keunggulan jumlah pemain.

Baca Juga

Jerman memastikan diri sebagai juara dunia baru U-17 2023 setelah menang adu penalti 6-5 (2-2) atas Prancis di laga final Piala Dunia U-17 2023 yang berlangsung pada Sabtu (2/12/2023) di Stadion Manahan, Solo. Ini merupakan pengulangan kekalahan Prancis di Piala Eropa U-17 enam bulan lalu di Hungaria.

"Ini terjadi pengulangan enam bulan lalu. Kami memimpin penalti dan kalah. Ini memang sulit bagi kami karena kembali kalah hanya dalam waktu enam bulan," kata pelatih Prancis Jean Luc Vannuchi dalam jumpa pers selepas pertandingan.

Vannuchi mengatakan, tim seharusnya bisa memanfaatkan keunggulan saat lawan kehilangan seorang pemain. Meski berhasil menyamakan skor, namun Prancis gagal memenangkan pertandingan dalam waktu normal. Prancis akhirnya harus mengakui keunggulan Jerman lewat adu penalti. Ia menyebut kekalahan itu sebagai kegagalannya.

"Ketika kami hilang kesempatan di babak pertama itu adalah kegagalan saya. Lalu, saya melakukan pergantian di bagian sayap dan memastikan pemain dalam kondisi fisik yang baik. Kami pun mendapatkan keuntungan karena lawan mendapatkan kartu merah. Tetapi sayang kami tetap gagal memenangkan pertandingan," ujar Vannuchi.

Di babak pertama, Vannuchi mengakui pemainnya kekurangan energi dan bermain gugup. Akibatnya, Prancis tidak bisa memanfaatkan kesempatan yang ada. Ia melihat ada kekurangan di sayap kiri. Kemudian di babak kedua beberapa pemain juga mulai kelelahan.

"Kami dalam masalah dan apalagi saat penalti terjadi, wasit butuh waktu untuk memutuskan hingga banyak waktu terbuang. Kami sebenarnya tidak kesulitan, tapi saat cetak gol tidak efisien hingga kehilangan banyak peluang dari poin taktis. Amougou sudah menyamakan kedudukan, tapi kami kehilangan peluang. Ini situasi yang sama di Piala Eropa lalu. Kami kurang beruntung dan gagal saat adu penalti," ujar Vannuchi.

Vannuchi mengungkapkan sejatinya pemain sudah mempersiapkan diri menghadapi adu penalti. Namun saat terjadi adu penalti di pertandingan, Prancis malah kalah. Setelah kalah dari Piala Eropa dan kembali kalah di Piala Dunia, Vannuchi mengaku ada banyak pelajaran yang bisa dipetik pemain. Hal itu dinilainya bagus untuk memperkaya pengalaman para pemain.

"Ya, sebenarnya kami sudah memulai persiapan dari tingkat 16 tahun yang kemudian berlaga di U-17. Tapi saya yakin, semua pengalaman ini akan memperkaya pengalaman mereka. Namun, yang pasti saya cukup gembira dengan apa yang kami lakukan dalam enam bulan terakhir ini untuk memperbaiki penampilan," ujar Vannuchi menjelaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement