Kamis 30 Nov 2023 17:35 WIB

Inilah yang Bergejolak dalam Tubuh Seseorang yang Berniat Bunuh Diri

Ada dua faktor yang berkontribusi terhadap pikiran untuk bunuh diri.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Natalia Endah Hapsari
Kecenderungan bunuh diri merupakan reaksi terhadap berbagai peristiwa yang terjadi dalam hidup.  (ilustrasi)
Foto: factretriever
Kecenderungan bunuh diri merupakan reaksi terhadap berbagai peristiwa yang terjadi dalam hidup. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak faktor yang membuat seseorang untuk memutuskan bunuh diri. Fenomena ini juga menyerang anak muda saat ini dengan data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyebut 44 persen siswa sekolah menengah atas melaporkan merasa putus asa dalam satu tahun terakhir. Satu dari lima remaja pernah mempertimbangkan untuk bunuh diri selama pandemi.

Sebelum pandemi, sekitar 45 ribu orang dewasa melakukan bunuh diri dan lebih dari 1,2 juta orang dewasa mempertimbangkan untuk bunuh diri berdasarkan data dari American Foundation for Suicide Prevention. Lantas, apa yang menyebabkan seseorang melakukan bunuh diri? 

Baca Juga

Dilansir Psychology Today, Kamis (30/11/2023), kecenderungan bunuh diri merupakan reaksi terhadap berbagai peristiwa yang terjadi dalam hidup. Misalnya, depresi berat yang dialami sejumlah remaja merupakan dampak dari perceraian orang tua mereka, pelecehan seksual, kehilangan anggota keluarga secara tiba-tiba, atau perundungan.

Tidak ada seorang pun yang memilih untuk bunuh diri. Pikiran seperti ini sering kali berkembang seiring berjalannya waktu, terutama ketika perasaan dan kepedihan emosional terkubur.

Dikutip dari Psychiatric Times, para peneliti telah lama berspekulasi tentang langkah-langkah yang menyebabkan seseorang melakukan bunuh diri. Ada sejumlah teori yang berupaya menjelaskan prosesnya. Dalam artikelnya pada tahun 1990, psikolog sosial Roy Baumeister, PhD, menggambarkan bunuh diri sebagai rangkaian peristiwa yang dirancang untuk melarikan diri dari kesadaran diri yang tidak menyenangkan. 

Menurut Baumeister, jalan menuju bunuh diri dimulai ketika peristiwa-peristiwa yang terjadi tidak sesuai dengan harapan seseorang. Menyalahkan diri sendiri atas peristiwa-peristiwa ini akan segera terjadi, bersamaan dengan rasa kesadaran diri dan kebencian terhadap diri sendiri yang hampir menyakitkan. Hal ini menciptakan perasaan negatif yang begitu kuat sehingga seseorang akan melakukan apa pun untuk menghindarinya. 

Dengan mengesampingkan kesadaran diri dan emosi apa pun, seseorang bisa menjadi tidak rasional dan tidak punya hambatan. Apa pun mungkin terjadi dan bunuh diri dipandang sebagai langkah alami untuk melarikan diri dari diri sendiri dan rasa sakit yang mereka rasakan.

Dalam bukunya tahun 2007, Why People Die by Suicide, Thomas Joiner, PhD, mengidentifikasi dua faktor yang berkontribusi terhadap pikiran untuk bunuh diri. Pertama, orang yang ingin bunuh diri percaya bahwa mereka adalah beban bagi orang lain, sebuah persepsi yang sering kali dikaburkan oleh perasaan depresi dan kecemasan. Kedua, mereka mengalami rasa memiliki yang digagalkan, ditunjukkan dengan menarik diri dari ikatan sosial. Hal ini dapat mencakup kehilangan keluarga, teman, dan kolega, baik karena kematian, perceraian, perpisahan, atau konflik. 

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement