REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Bulan lalu, Meta mengumumkan paket berlangganan yang memungkinkan pengguna mendapatkan pengalaman bebas iklan di Facebook dan Instagram. Opsi berlangganan hanya untuk pengguna yang tinggal di Uni Eropa, Wilayah Ekonomi Eropa, dan Swiss.
Tapi kini langkah tersebut justru memicu masalah. Menurut laporan kantor berita Reuters, kelompok advokasi NOYB telah mengajukan keluhan kepada Austrian Data Protection Authority dengan mengatakan bahwa model berlangganan berarti pengguna harus membayar untuk menjamin privasi.
“Hukum UE mensyaratkan bahwa persetujuan adalah keinginan yang tulus dari pengguna. Bertentangan dengan undang-undang ini, Meta mengenakan 'biaya privasi' hingga 250 euro per tahun jika ada yang berani menggunakan hak dasar mereka atas perlindungan data,” kata pengacara perlindungan data NOYB seperti dilansir dari laman GadgetsNow, Kamis (30/11/2023).
Pengguna di Eropa dapat berlangganan seharga 9,99 euro atau Rp 169 ribu di web dan 12,99 euro atau Rp 220 ribu di iOS dan Android. Meta mengatakan bahwa data pengguna berbayar tidak akan digunakan untuk tujuan periklanan.
Kelompok tersebut juga mengkritik besarnya biaya yang dikenakan perusahaan untuk berlangganan.
“Tidak hanya biayanya yang tidak dapat diterima, namun angka industri menunjukkan bahwa hanya 3 persen orang yang ingin dilacak, sementara lebih dari 99 persen tidak menggunakan pilihan mereka ketika dihadapkan dengan 'biaya privasi',” kata kelompok tersebut.
Juru bicara Meta mencatat bahwa harga tersebut sejalan dengan penawaran berlangganan serupa di Eropa. “Pilihan bagi masyarakat untuk membeli langganan tanpa iklan menyeimbangkan persyaratan regulator Eropa sekaligus memberikan pilihan kepada pengguna dan memungkinkan Meta untuk terus melayani semua orang di UE, EEA, dan Swiss,” kata perusahaan itu.
Reuters melaporkan bahwa pengaduan tersebut kemungkinan akan diteruskan ke pengawas perlindungan data Irlandia yang mengawasi Meta karena perusahaan tersebut memiliki kantor pusat Eropa di Irlandia.