Jumat 24 Nov 2023 15:08 WIB

Batuk Berdarah Hingga Ada Benjolan di Pangkal Leher, Waspadai Gejala Kanker Paru

Setiap pasien kanker paru pastinya memiliki kondisi yang berbeda-beda.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Natalia Endah Hapsari
Ajang MSD Indonesia dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) bertema “Setiap Detik, Setiap Jam, Setiap Hari, Setiap Tambahan Hari Esok Akan Sangat Berarti Untuk Pasien Kanker Paru dan Keluarganya” di Jakarta, Jumat (24/11/2023).
Foto: MSD Indonesia
Ajang MSD Indonesia dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) bertema “Setiap Detik, Setiap Jam, Setiap Hari, Setiap Tambahan Hari Esok Akan Sangat Berarti Untuk Pasien Kanker Paru dan Keluarganya” di Jakarta, Jumat (24/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Kanker paru adalah penyakit kanker dengan angka kasus ketiga terbanyak di Indonesia. Berdasarkan data kebanyakan penderitanya adalah para pria.

Menurut data dari Global Burden of Cancer Study (Globocan) tahun 2020, terdapat 34.783 kasus baru kanker paru di Indonesia dan 30,843 penderita meninggal dunia, sehingga menjadikan penyakit ini memiliki angka penyebab kematian akibat kanker paling tinggi dibandingkan dengan jenis kanker lainnya. Lebih lanjut, diketahui pula bahwa lebih dari 70% pasien kanker paru di Indonesia merupakan usia produktif; 59 tahun atau bahkan lebih muda.

Baca Juga

Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FACP, Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, mengungkapkan setiap pasien pastinya memiliki kondisi yang berbeda-beda, baik fisik dan juga mental. ''Untuk itu, peran perawat, tenaga medis maupun support system dari orang-orang sekitar, merupakan hal vital bagi para pasien. Support system tersebut diharapkan bisa menjadi sumber kekuatan bagi para pasien untuk menjalani ragam perawatan dan memiliki optimisme menghadapi pengobatannya untuk mendapatkan hasil yang terbaik,” tutur Prof Aru ketika ditemui dalam ajang MSD Indonesia dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) bertema “Setiap Detik, Setiap Jam, Setiap Hari, Setiap Tambahan Hari Esok Akan Sangat Berarti Untuk Pasien Kanker Paru dan Keluarganya” di Jakarta, Jumat (24/11/2023).

Prof. dr. Elisna Syahrudin, PhD. SpP(K), Guru Besar Departemen Pulmonologi Kedokteran Respirasi FKUI dan Ketua Kanker Paru, Yayasan Kanker Indonesia menjelaskan bahwa gejala kanker paru mirip dengan penyakit gangguan pernapasan pada umumnya, seperti batuk dengan/tanpa dahak, batuk darah, sesak napas, suara serak, sakit dada, sulit/sakit menelan, terdapat benjolan pada pangkal leher, dan sembab di muka serta leher menjadi gejala awal kanker paru.

Maka dari itu, jika mengalami gejala-gejala tersebut, wajib untuk langsung melakukan pemeriksaan mendalam dan segera ke dokter atau rumah sakit terdekat. Hindari diagnosis sendiri, dengan mengacu pada informasi yang tersebar di internet. “Hal penting lainnya adalah prognosis penyakit paru sangat tergantung pada stadium penyakit pada saat ditemukan. Sehingga pengenalan terhadap risiko pada program skrining dan deteksi dini perlu dilakukan pada kelompok berisiko.

Penemuan penyakit pada stadium awal memungkinkan pasien dapat menjalani pembedahan. Kabar baik lainnya adalah semakin lengkapnya modalitas terapi kanker paru dan terbukanya akses, maka pilihan terapi yang tepat untuk kasus dengan stadium lanjut menunjukan peningkatan umur harapan hidup dan kualitas hidup yang lebih baik,” kata Prof Ellisna.

Tak hanya itu, jika seseorang terdiagnosis kanker paru, hal ini tidak hanya berdampak pada kehidupan pasien itu sendiri, tetapi juga keluarga, teman, dan komunitasnya. ''Oleh karena itu, MSD Indonesia melalui kesempatan ini melakukan edukasi untuk publik terutama orang-orang yang mengenal seseorang yang mengidap kanker paru untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang penyakit ini agar teredukasi dengan informasi yang lebih baik sehingga dapat meminimalkan risikonya dan juga mengetahui bagaimana menjadi lebih suportif terhadap pasien,'' ujar George Stylianou, Managing Director MSD Indonesia.

MSD yakin momentum Bulan Kesadaran Kanker Paru 2023 adalah momentum yang tepat untuk meluruskan seluruh misinformasi tentang kanker paru di Indonesia. Sekaligus juga menekankan pesan betapa berharganya tambahan satu hari bagi kita semua, apalagi bagi penderita kanker paru dan keluarganya.

Melalui acara ini, MSD dan YKI menandatangani kerjasama untuk berkolaborasi dalam menyelenggarakan pameran seni bertemakan “Close the Cancer Gap” dalam rangka Hari Kesadaran Kanker Dunia yang akan berlangsung pada 1–4 Februari 2024 di Indonesia Design District PIK 2.

Kedua belah pihak mengundang masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, MSD dan YKI bersama berharap akan ada banyak partisipasi dari berbagai lapisan masyarakat, utamanya pasien/penyintas kanker serta caregiver yang dituangkan dalam bentuk berbagai karya seni yang dapat mewakili perasaan dan perjalanan pengobatan kankernya.

Submisi karya seni akan dibuka pada awal tahun 2024. Pameran tersebut terbuka untuk umum, dan diharapkan dapat dikunjungi oleh masyarakat luas untuk meningkatkan kesadaran terkait penyakit kanker di Indonesia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement