REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Postingan berita yang diunggah ke media sosial X (sebelumnya dikenal dengan nama Twitter) akan kembali memperlihatkan bagian judulnya. Perubahan itu menggantikan kebijakan bulan lalu, di mana X menghapus judul berita dan hanya menampilkan tautan URL.
Kabar itu disampaikan langsung oleh pemilik X, Elon Musk, dalam sebuah postingan. Musk mengatakan dalam pembaruan yang akan datang, perusahaan akan menempatkan judul di bagian atas gambar Kartu URL. Dia tidak menyebutkan jadwal spesifik peluncurannya.
Dikutip dari laman Tech Crunch, Sabtu (25/11/2023), Musk juga tidak memberikan contoh tampilan baru tersebut. "Dalam rilis mendatang, X akan menampilkan judul di bagian atas gambar kartu URL," ujar Musk lewat akun X @elonmusk, Kamis (23/11/2023).
Pada Agustus 2023, Musk yang juga menjabat sebagai CEO Tesla mengumumkan bahwa X akan berhenti menampilkan judul dari berita yang diunggah pengguna di status. Hanya ada URL dan pratinjau untuk meningkatkan estetika. Lantas, aturan itu efektif berlaku mulai Oktober 2023.
Karena perubahan itu, pengguna harus mengeklik atau mengetuk kartu URL untuk benar-benar mengetahui dan membaca judul berita. Untuk menyiasati perubahan itu, banyak akun media mulai menulis judul berita pada gambar dan memposting link secara terpisah atau menyertakan judul pada gambar pratinjau.
Perubahan yang mengembalikan munculnya judul berita di postingan X mungkin mempermudah publikasi dan tidak berfungsi pada format kustom, tapi itu sepenuhnya bergantung pada tata letak kartu baru. Selain perkara perubahan tampilan, beberapa pekan terakhir X juga mengalami banyak gejolak.
Itu karena banyak perusahaan besar, termasuk Apple, Disney, dan Comcast, tidak lagi beriklan di X setelah Musk mendukung pernyataan antisemit. 11:11 Media milik Paris Hilton juga menarik kemitraannya dengan X hanya beberapa pekan setelah penandatanganan kontrak.
Awal pekan ini, Musk menggugat Media Matters atas klaim pencemaran nama baik. Hal itu merupakan tanggapan terhadap artikel organisasi berita tersebut yang menuduh bahwa iklan dari merek seperti IBM dan Apple muncul di samping konten kebencian.