REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Tertawa tentu merupakan aktivitas alamiah ketika seseorang mengekspresikan perasaan mereka. Namun, tertawa yang berlebihan juga dapat membuat orang pingsan meski kasusnya sangat jarang terjadi.
Benarkah tertawa berlebihan juga bisa menyebabkan kematian? Dikutip dari Live Science, Kamis (16/11/2023), meski kecil kemungkinannya, secara teknis hal tersebut bisa saja terjadi. Bahkan telah ada kasus kematian terkait tawa yang terdokumentasi di masa lalu, menurut ahli.
Ada beberapa cara tertawa yang bisa memicu efek negatif pada tubuh. Salah satu jalur yang paling rentan adalah melalui jantung.
Dalam kasus yang jarang terjadi, tawa yang sangat keras dapat menyebabkan sesuatu yang disebut "syncope yang dipicu oleh tawa". Hal itu memicu peningkatan respons dari sistem saraf otonom, jaringan saraf yang mengatur proses fisiologis yang tidak disengaja dan menyebabkan penurunan sementara jumlah darah mengalir ke otak, sehinggaa mengakibatkan hilangnya kesadaran.
“Saat Anda tertawa, Anda menggerakkan dada Anda ke atas dan ke bawah, dan hal ini mengubah tekanan di rongga dada dan hal ini dapat memengaruhi apa yang disebut saraf vagus, yang membawa sinyal antara otak dan sebagian besar organ dalam,” kata Todd Cohen, kepala kardiologi dan direktur inovasi perangkat medis di New York Institute of Technology.
Menurut dia, hal ini dapat menyebabkan pusing, atau bahkan pingsan dalam kasus yang sangat jarang terjadi, terutama jika tertawa sangat dilebih-lebihkan.
Kasus sinkop akibat tawa yang pertama kali didokumentasikan terjadi pada tahun 1997, ketika seorang pasien berusia 62 tahun yang menderita hipertensi dan masalah terkait jantung lainnya pingsan beberapa kali saat tertawa terbahak-bahak di acara televisi "Seinfeld", sehingga kondisi ini dijuluki “Seinfeld syncope”.
Pasien tidak meninggal akibat kondisi tersebut, dan sinkop jenis ini biasanya hanya menyebabkan seseorang pingsan kurang dari beberapa menit sebelum sadar. Meskipun secara teknis sinkop yang disebabkan oleh tawa dapat menyebabkan jantung berhenti berdetak.
Risiko yang lebih besar dari pingsan ini adalah bahwa hal tersebut dapat terjadi dalam situasi berbahaya, tambahnya.
“Ada kemungkinan seseorang mengalami kondisi ini dan terjatuh dan kepalanya terbentur, atau terjatuh dari tangga, atau jatuh dari terminal kereta bawah tanah ke dalam kereta dan meninggal,” kata dia, seraya menekankan bahwa hal tersebut sangat kecil kemungkinannya.
Dalam kasus lain, tertawa dapat memengaruhi jumlah udara yang masuk ke jantung, paru-paru, dan otak. Misalnya, emosi yang tinggi, seperti rasa geli yang dalam, dapat meningkatkan laju pernapasan dan memicu gejala asma, yang selanjutnya dapat diperburuk oleh pernapasan tidak biasa yang terkait dengan tawa. Dalam sebuah penelitian tahun 2009, para peneliti mensurvei 105 pasien asma dan menemukan bahwa lebih dari 40 persen mengalami asma akibat tawa. Dalam kasus yang parah, serangan asma bisa berakibat fatal jika seseorang tidak memiliki akses terhadap inhalernya.
Secara teori, tertawa juga dapat memicu kejang tiba-tiba pada pita suara, suatu kondisi yang dikenal sebagai laringospasme, atau sesak napas jika seseorang tidak mendapatkan cukup oksigen di sela-sela tertawa. Namun kemungkinan penyebab kematian ini kecil, menurut Dr Megan Kamath, ahli jantung di UCLA Health dan asisten profesor kedokteran klinis di David Geffen School of Medicine di UCLA.
“Meskipun ada laporan kasus kematian akibat tertawa karena sesak napas atau serangan jantung, hal ini tetap merupakan penyebab kematian yang tidak mungkin terjadi pada orang sehat,” katanya kepada Live Science melalui email.
Faktanya, tertawa tidak berbahaya atau bahkan bermanfaat, bagi kesehatan di sebagian besar situasi. Cohen menyebutkan tawa dan humor dapat membantu [pasien] untuk maju dalam kondisi mereka dan memberikan perspektif berbeda terhadap masalah medis mereka dan membuat mereka lebih sadar akan momen dan menikmati hidup.
Penelitian menunjukkan bahwa tertawa dapat mengurangi kecemasan dengan secara signifikan menurunkan kadar hormon stres kortisol sekaligus meningkatkan pelepasan dopamin, zat kimia yang membuat otak merasa lebih baik. Selain itu, tertawa dapat membantu meningkatkan aliran oksigen ke seluruh tubuh dan mengurangi peradangan pada pasien dengan penyakit arteri koroner, menurut sebuah penelitian yang belum ditinjau oleh rekan sejawat yang dipresentasikan di European Society of Cardiology di Amsterdam pada bulan Agustus. "Aku percaya tertawa adalah obat terbaik, dan sangat kecil kemungkinannya untuk membunuh seseorang tapi secara teori hal itu mungkin terjadi,” kata Cohen.