Senin 30 Oct 2023 20:32 WIB

BRIN Temukan Bakteri Priestia Flexa yang Miliki Nilai Ekonomi Tinggi

Tren pasar global lycopene bernilai Rp 107,2 juta dolar Amerika Serikat (AS).

Logo Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Foto: Republika.co.id/Erik Purnama Putra
Logo Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan bakteri Priestia flexa dari wilayah laut dalam perairan palung Jawa yang memiliki potensi nilai ekonomi tinggi dengan kandungan lycopene dan vitamin B12.

"Bakteri dari laut dalam ini berhasil diisolasi dari sampel air laut dengan kedalaman 1.000 meter," kata pakar mikrobiologi laut dalam BRIN Ocky Karna Radjasa di Jakarta, Senin (30/10/2023).

Ia menjelaskan bahwa dengan metode data Whole Genome Sequence (WGS) bakteri yang pertama kali diambil dari laut dalam di Indonesia itu, memiliki kandungan alami yang biasanya untuk industri kosmetik dan farmasi.

"Bakteri ini mengandung lycopene dan vitamin B12, untuk industri biasanya digunakan sebagai bahan baku kosmetik, kecantikan, nutrisi, suplemen dan farmasi, serta industri makanan kesehatan membutuhkan mikroba itu," kata dia.

Ia menjelaskan lycopene memiliki fungsi sebagai antioksidan yang menangkal oksidasi sel atau jaringan oleh Reactive Oxidative Species (ROS), sehingga membantu pencegahan penyakit jantung dan memiliki efek antikanker.

Umumnya, katanya, kandungan lycopene didapatkan dari tanaman yang memberikan warna atau pigmen merah dan jingga pada sayur serta buah. Senyawa ini tergolong karotenoid dan bersifat antioksidan. Pigmen ini bisa ditemukan pada tomat, semangka, dan jambu biji.

Ia mengatakan penemuan lycopene dari laut dalam dapat memberikan langkah efisiensi. Dia mencontohkan lycopene yang biasanya berasal dari tomat membutuhkan proses panen selama 75 hari, kemudian membutuhkan lahan, dan saat pengolahan membutuhkan tempat luas untuk menyimpan serta mengolah menjadi lycopene.

Dengan lycopene dari laut dalam, katanya, hanya membutuhkan waktu tiga hari untuk menumbuhkan bakteri Priestia flexa yang dapat diambil kandungannya. Tempat penyimpanan dan produksi mikroba menjadi lycopene, ujarnya, juga tidak membutuhkan tempat yang besar selayaknya lycopene berasal dari tomat.

"Menariknya, produk lycopene yang berasal dari mikroba memiliki kandungan lebih tinggi daripada produk asli standarnya," ujarnya.

Jika dilihat dari tren pasar global lycopene bernilai Rp 107,2 juta dolar Amerika Serikat (AS) pada 2020 dan diproyeksikan meningkat menjadi 187,3 juta dolar AS pada 2030 dengan pertumbuhan per tahun diproyeksikan 5,2 persen.

Ocky yang juga Kepala Organisasi Riset Kebumian dan Maritim BRIN itu, menjelaskan penemuan bakteri Priestia flexa di laut dalam Indonesia menjadi langkah efisiensi dan memiliki potensi ekonomi di Indonesia. Pemenuhan kebutuhan lycopene di dalam negeri hingga saat ini masih impor.

"Meskipun buah-buahannya ada di Indonesia, saat ini semua industri dalam negeri masih 100 persen impor untuk kebutuhan lycopene," katanya.

Terkait dengan kandungan vitamin B12 yang ditemukan dari bakteri Priestia flexa, katanya, memiliki potensi besar untuk produsen makanan sehat berbasis vegetarian.

"Vitamin B12 dari mikroba laut dalam ini berpotensi besar terhadap orang vegetarian yang membutuhkan protein, tapi bukan dari unsur hewani," ucapnya.

Vitamin B12 atau kobalamin bermanfaat dalam proses pembentukan sel darah merah. Kobalamin juga berperan dalam proses metabolisme protein. Sumber vitamin B12 ini biasanya didapatkan dari daging merah, hati, telur, dan susu.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement